Kini Jadi Tradisi Ternyata Begini Sejarah Halal Bihalal Di Indonesia, Benarkah Gara-gara Pedagang Martabak India?

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Artikel ini akan membahas tentang sejarah halal bihalal di Indonesia, benarkah gara-gara pedagang martabak India?
Artikel ini akan membahas tentang sejarah halal bihalal di Indonesia, benarkah gara-gara pedagang martabak India?

Intisari-Online.com -"Guys, yuk, kapan kita halal bihalal?"

Barangkali di antara kita akrab dengan kalimat pertanyaan--sekaligus ajakan--itu: halal bihalal yang kini jadi tradisi kita setelah Lebaran Idul Fitri.

Artikel ini akan membahas tentang sejarah halal bihalal di Indonesia, benarkah gara-gara pedagang martabak India?

Mengutip Kompas.com, halal bihalal merupakan sebuah tradisi bermaaf-maafan yang khas dilakukan oleh masyarakat muslim Indonesia.

Terkhusus lagi setelah momen Lebaran Idul Fitri.

Ada perdebatan terkait dari masa asal muasal tradisi halal bihalal.

Tapi sepertinya, di negara lain tidak ada tradisi serupa.

Yang khas, halal bihalal terbentuk secara mandiri dalam sosial budaya masyarakat Indonesia.

Selain itu, tradisi ini tidak akan ditemukan dalam budaya muslim di Arab pada saat perayaan Idul Fitri.

Masyarakat muslim di Arab tidak mengenal tradisi Idul Fitri sebagai momen yang dirayakan secara meriah.

Dalam budaya masyarakat Muslim di Arab, mereka lebih antusias menyambut dan merayakan Idul Adha daripada Idul Fitri.

Sebaliknya, di Indonesia, justru Idul Fitri yang menjadi paling penting untuk dirayakan dan dimeriahkan, salah satunya melalui tradisi halal bihalal.

Secara makna, Halal Bihalal berarti silaturahmi, sebuah ajang bermaaf-maafan yang dilakukan setelah melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.

Umumnya, tradisi Halal Bihalal dilakukan di suatu tempat, seperti masjid atau sebuah aula, dengan melibatkan orang-orang lintas struktural.

Dimaknai sebagai silaturahmi karena halal bihalal dilaksanakan di segala tempat yang melibatkan keluarga kecil hingga keluarga besar atau lembaga.

Halal bihalal versi Soekarno dan Kiai Abdul Wahab

Masih mengutip Kompas.com, beberapa kalangan berpendapat bahwa tradisi halal bihalal kali pertama dilakukan dan digagas oleh presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, bersama Kiai Abdul Wahab.

Alkisah, pada masa awal kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada 1948, kondisi politik Indonesia sedang tidak stabil.

Untuk menurunkan tensi ketegangan politik pada masa itu, Soekarno berdiskusi dengan Kiai Abdul Wahab tentang solusi yang tepat mengatasi ketegangan tersebut.

Saat itu secara kebetulan sedang dalam bulan Ramadhan, sehingga dirumuskan sebuah solusi untuk meredam ketegangan antara golongan tersebut.

Soekarno kemudian mengumpulkan tokoh-tokoh politik yang bersitegang dalam suatu lokasi pada saat hari Lebaran.

Kemudian, digelarlah acara sungkem bermaafan.

Acara itu lalu diikuti lembaga-lembaga lain dan disebut sebagai halal bihalal.

Halal bihalal versi martabak Malabar

Versi ini menyatakan bahwa awal mula muncul istilah halal bihalal adalah berasal dari penjual martabak pada 1935-1936 di Taman Sriwedari, Solo.

Diceritakan pada tahun tersebut, martabak tergolong makanan yang baru dan dikenalkan oleh penjual dari India.

Munculnya kata halal bihalal berawal dari pribumi yang mempromosikan martabak orang India tersebut dengan cara berteriak “Martabak Malabar.. halal bin halal.. halal bin halal..”.

Istilah ini kemudian populer di masyarakat Solo, terutama ketika akan ke Sriwedari pada hari Lebaran.

Istilah halal bihalal lantas berkembang menjadi sebutan untuk tradisi bermaafan di hari Lebaran. Pendapat ini diperkuat dengan adanya kata ‘halal behalal’ dan ‘alal be halal’ dalam kamus Jawa-Belanda terbitan tahun 1938 karya Dr. Th. Pigeaud.

Halal bihalal versi Mangkunegara I

Teori berikut ini adalah teori paling tua dibandingkan dengan dua teori tentang sejarah tradisi halal bihalal yang sudah dibahas di atas.

Bahasa halal bihalal mungkin belum ada pada masa Mangkunegara I, tetapi secara tradisi sungkem telah berlaku pada zaman itu.

Kala itu, Adipati Arya mengumpulkan para punggawa istana beserta prajurit dalam sebuah aula pada saat Idul Fitri.

Kemudian, mereka melakukan sungkem sambil duduk kepada raja dan permaisurinya.

Sejak saat itu, sungkeman dalam momen Idul Fitri berlanjut dan menjadi tradisi masyarakat Jawa.

Sebagaian pendapat mengatakan bahwa praktik halal bihalal merupakan tradisinya orang Jawa, kemudian berkembang dan menyebar ke wilayah-wilayah lain di Indonesia.

Itulah artikel tentangsejarah halal bihalal di Indonesia, benarkah gara-gara pedagang martabak India? Semoga bermanfaat.

Artikel Terkait