Saat Jayanya Kerajaan Islam Peran Ulama di Nusantara Adalah Sebagai Berikut

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi -  Saat jayanya Kerajaan Islam, perang ulama di Nusantara seperti apa ?
Ilustrasi - Saat jayanya Kerajaan Islam, perang ulama di Nusantara seperti apa ?

Intisari-online.com - Islam masuk ke Nusantara sejak abad ke-7 Masehi melalui jalur perdagangan dan dakwah.

Lantas saat jayanya Kerajaan Islam, perang ulama di Nusantara seperti apa ?

Sejak saat itu, Islam berkembang dan membentuk kerajaan-kerajaan Islam di berbagai wilayah, seperti Aceh, Malaka, Demak, Mataram, Banten, dan lain-lain.

Dalam perkembangan Islam di Nusantara, peran ulama sangat penting dan strategis.

Ulama adalah orang-orang yang ahli dalam ilmu agama dan kemaslahatan umat.

Mereka tidak hanya berperan dalam bidang keagamaan, tetapi juga politik, hukum, sosial, budaya, dan pendidikan.

Berikut ini adalah beberapa peran ulama di Nusantara saat masa jaya kerajaan Islam:

1. Sebagai mufti atau pemberi fatwa.

Mufti adalah ulama yang berwenang memberikan fatwa atau pendapat hukum Islam tentang suatu masalah.

Mufti memiliki peran yang sangat penting dalam kesultanan, karena mereka memberikan nasihat dan bimbingan kepada raja dan rakyat dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama.

Contohnya, di Kerajaan Samudera Pasai, pemerintah Islam menunjuk ulama yang memiliki kemampuan mumpuni sebagai mufti resmi.

Mufti biasanya duduk dalam ruang pertemuan bersama dengan sekretaris, para pemimpin tentara, komandan, dan pembesar kerajaan.

Mufti juga menangani persoalan-persoalan hukum agama yang muncul di masyarakat.

Baca Juga: Mengapa Kerajaan Majapahit Disebut sebagai Kerajaan Agraris Maritim?

2. Sebagai kadi atau hakim. Kadi adalah ulama yang bertugas menjalankan hukum Islam di kerajaan.

Kadi memutuskan perkara-perkara yang berkaitan dengan perkawinan, warisan, pidana, dan lain-lain.

Kadi juga mengawasi pelaksanaan ibadah dan syariat Islam di masyarakat.

Contohnya, di Kerajaan Aceh, lembaga kadi mulai berdiri pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636).

Kadi di Aceh tidak hanya memberi legitimasi dan nasihat kepada raja seperti di Kerajaan Malaka, tetapi juga menjalankan hukum Islam secara efektif dan adil.

3. Sebagai syaikhul Islam atau penasihat raja.

Syaikhul Islam adalah ulama yang berada langsung di bawah raja dan mempengaruhi kebijakan raja dalam masalah politik dan sosial.

Syaikhul Islam adalah ulama yang terkemuka dan dihormati oleh raja dan rakyat.

Mereka memberikan saran dan kritik kepada raja dalam hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umat dan negara.

Contohnya, di Kerajaan Aceh, lembaga syaikhul Islam berdiri pada masa Sultan Iskandar Muda.

Syaikhul Islam di Aceh antara lain adalah Hamzah Fansuri, Shamsuddin al-Sumaterani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdul Rauf al-Sinkili.

Baca Juga: Peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam yang Masih Ada Hingga Saat Ini

4. Sebagai penerjemah Islam ke dalam sistem budaya Nusantara.

Ulama juga berperan dalam menyebarkan dan menyesuaikan Islam dengan budaya lokal.

Mereka menggunakan bahasa, seni, sastra, dan tradisi Nusantara untuk menyampaikan ajaran Islam.

Mereka juga menciptakan karya-karya intelektual yang menjadi sumber legitimasi bagi kerajaan.

Contohnya, ulama Melayu Nusantara seperti Hamzah Fansuri, Nuruddin ar-Raniri, Yusuf al-Makassari, Abd. Samad al-Falimbani, dan Syekh Daud al-Fatani.

Mereka menulis kitab-kitab, syair-syair, hikayat-hikayat, dan tafsir-tafsir yang menggabungkan pemikiran Islam dengan kearifan lokal.

5. Sebagai pendidik dan pembina umat.

Ulama juga berperan dalam mendidik dan membina umat Islam di Nusantara.

Mereka mendirikan pesantren, madrasah, surau, dan masjid sebagai tempat belajar dan mengajar ilmu agama.

Mereka juga mengajarkan akhlak, tasawuf, dan tarekat kepada para murid dan pengikut mereka.

Mereka juga menjadi panutan dan teladan bagi masyarakat dalam menjalankan ibadah dan amal shaleh.

Contohnya, ulama Jawa seperti Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati.

Mereka menggunakan seni, budaya, dan tradisi Jawa untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat.

Baca Juga: Sumber Sejarah yang Menerangkan Berdiri dan Berkembangnya Kerajaan Majapahit

Mereka juga membangun pesantren, masjid, dan makam yang menjadi pusat kegiatan keagamaan dan kebudayaan.

Demikianlah beberapa peran ulama di Nusantara saat masa jaya kerajaan Islam.

Peran ulama sangat berpengaruh dalam perkembangan Islam di Nusantara, baik dalam bidang keagamaan, politik, hukum, sosial, budaya, maupun pendidikan.

Ulama juga menjadi jembatan antara Islam dan Nusantara, sehingga Islam dapat diterima dan disesuaikan dengan keadaan lokal.

Ulama juga menjadi pewaris dan penerus ajaran Islam yang autentik dan moderat di Nusantara.

Demikian artikel tentang saat jayanya kerajaan Islam peran ulama di Nusantara.

Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan Anda.

Artikel Terkait