Intisari-online.com - Dalam ajaran beberapa kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terdapat sistem kepercayaan akan adanya “leluhur terpilih” sebagai perantara pencerahan Tuhan kepada manusia.
Sering orang lain menggunakannya sebagai isu mendiskreditkan penghayat sebagai memperTuhankan nenek moyang! Bagaimana kalian menjelaskan bahwa leluhur dimaksud bukanlah “Tuhan-Tuhan Kecil” atau dewa-dewa?
Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya dan kepercayaan.
Di sini, terdapat berbagai macam aliran kepercayaan yang hidup berdampingan dengan agama-agama resmi yang diakui oleh negara.
Salah satu ciri khas dari aliran kepercayaan di Indonesia adalah penghormatan terhadap leluhur.
Leluhur dipercaya sebagai sosok yang memiliki kearifan, pengalaman, dan kewibawaan yang dapat memberikan bimbingan, perlindungan, dan berkah kepada keturunannya.
Leluhur juga dianggap sebagai perantara antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, sumber dari segala kehidupan dan kebenaran.
Namun, sayangnya, tidak semua orang menghargai dan menghormati kepercayaan ini.
Banyak yang menuduh penghayat sebagai orang yang menyimpang dari ajaran monoteisme, yang memperTuhankan nenek moyang, dan yang menyembah “Tuhan-Tuhan Kecil” atau dewa-dewa.
Tuduhan ini tentu saja tidak berdasar dan tidak adil.
Penghayat bukanlah orang yang menyekutukan Tuhan atau menyembah selain Tuhan.
Baca Juga: Apakah Keterkaitan Ajaran Kepercayaan Terhadap Kelestarian Alam?
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR