Intisari-online.com - Mengikuti cakra manggilingan adalah pepatah Jawa yang mengacu pada kepercayaan bahwa dalam hidup ini, segala sesuatu terjadi pada waktu yang sudah ditentukan.
Lalu, apa yang dimaksud dengan "Mengikuti Cakra manggilingan" sendiri mengacu pada "roda kehidupan" atau "putaran nasib".
Pepatah ini mengajarkan bahwa kita harus menerima segala hal yang terjadi dalam hidup, baik kebahagiaan maupun kesedihan, karena semuanya memiliki waktu yang sudah ditentukan.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, artinya kita tidak bisa memaksakan kehendak kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan pada waktu yang kita tentukan sendiri, namun harus sabar menunggu waktu yang tepat.
Dalam budaya Jawa, pepatah ini sering diartikan sebagai motivasi untuk menjalani hidup dengan rendah hati, menerima keberadaan diri kita di dunia ini dan menjalani hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Pepatah ini memiliki latar belakang filosofis yang mendalam, yang berkaitan dengan konsep karma dan reinkarnasi.
Menurut kepercayaan ini, setiap manusia memiliki karma atau akibat dari perbuatan mereka di masa lalu, baik di kehidupan ini maupun di kehidupan sebelumnya.
Karma ini menentukan nasib atau takdir manusia di kehidupan selanjutnya.
Oleh karena itu, manusia harus berusaha untuk melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk, agar karma mereka menjadi baik dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Namun, karma ini tidak bisa diubah atau dihapus begitu saja, melainkan harus dijalani dan diselesaikan dengan cara yang benar.
Inilah yang dimaksud dengan mengikuti cakra manggilingan, yaitu mengikuti alur atau siklus kehidupan yang sudah ditakdirkan oleh karma.
Baca Juga: Apakah Keterkaitan Ajaran Kepercayaan Terhadap Kelestarian Alam?
Pepatah ini juga memiliki makna praktis yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah dalam hal karier atau pekerjaan.
Banyak orang yang merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka saat ini, dan ingin segera mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, lebih bergengsi, atau lebih menguntungkan.
Namun, tidak semua orang bisa mendapatkan pekerjaan impian mereka dengan mudah.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi, seperti kualifikasi, pengalaman, kompetisi, kesempatan, dan lain-lain.
Oleh karena itu, orang yang ingin sukses dalam karier harus bersabar dan bekerja keras, serta mengambil peluang yang ada dengan bijak.
Tidak boleh terburu-buru atau gegabah, karena bisa berakibat fatal.
Sebaliknya, harus mengikuti cakra manggilingan, yaitu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada, serta menunggu waktu yang tepat untuk bergerak maju.
Pepatah ini juga bisa diterapkan dalam hal percintaan atau hubungan asmara.
Banyak orang yang merasa kesepian atau tidak bahagia dengan pasangan mereka saat ini, dan ingin segera mendapatkan pasangan yang lebih cocok, lebih menarik, atau lebih mencintai mereka.
Namun, tidak semua orang bisa mendapatkan pasangan idaman mereka dengan mudah.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi, seperti kepribadian, kompatibilitas, perasaan, komunikasi, dan lain-lain.
Baca Juga: Kewajiban dan Larangan dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Oleh karena itu, orang yang ingin bahagia dalam percintaan harus bersabar dan berusaha memperbaiki hubungan mereka saat ini, serta menghargai pasangan mereka dengan tulus.
Tidak boleh tergoda atau selingkuh, karena bisa berakibat buruk.
Sebaliknya, harus mengikuti cakra manggilingan, yaitu menghormati pilihan dan keputusan yang sudah dibuat, serta menunggu waktu yang tepat untuk menemukan cinta sejati.
Demikianlah penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan “mengikuti cakra manggilingan”, semua ada waktunya”.
Pepatah ini mengandung hikmah dan nasihat yang sangat bermanfaat bagi kita semua, terutama dalam menghadapi tantangan dan masalah yang ada dalam hidup.
Dengan mengikuti cakra manggilingan, kita bisa menjalani hidup dengan lebih tenang, bijak, dan bahagia.
Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan Anda. Terima kasih.
Baca Juga: Inilah Kaitannya Hubungan Ajaran Kepercayaan Dengan Adat-Budaya Setempat