Pasukan Bali yang lebih banyak dan lebih berani, tetapi kurang terlatih dan bersenjatakan tradisional, berusaha untuk menghalau pasukan Belanda yang lebih sedikit tetapi lebih terlatih dan bersenjatakan modern.
Pertempuran ini berlangsung selama beberapa hari, dengan korban jiwa yang banyak dari kedua belah pihak.
Pada tanggal 14 Juni 1846, pasukan Belanda berhasil menembus pertahanan pasukan Bali dan mendekati puri Buleleng, tempat tinggal Raja Buleleng.
Raja Buleleng, yang tidak mau menyerah dan tidak mau hidup dalam penjajahan, memilih untuk melakukan puputan bersama keluarga dan pengikutnya.
Mereka membakar puri dan menyerbu pasukan Belanda dengan senjata tajam, sambil meneriakkan kata-kata "merdeka atau mati".
Mereka semua gugur dalam pertempuran ini, termasuk Raja Buleleng dan I Gusti Ketut Jelantik.
Dengan jatuhnya puri Buleleng, Belanda mengklaim kemenangan dalam Perang Bali I.
Namun, kemenangan ini tidak berarti bahwa Belanda telah menguasai seluruh Bali.
Masih ada kerajaan-kerajaan lain di Bali yang belum tunduk kepada Belanda, seperti kerajaan Karangasem, Klungkung, Badung, Tabanan, Gianyar, dan Bangli.
Belanda pun harus bersiap-siap untuk menghadapi perlawanan dari kerajaan-kerajaan Bali lainnya.
Baca Juga: Kisah Kebo Iwa Panglima Perang Kerajaan Bali Aga yang Merepotkan Perlawanan Gajah Mada
Perang Bali II (1848)
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR