Beliau juga menulis beberapa karya yang berpengaruh, seperti Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika), Gerpolek (Gerilya, Politik, Ekonomi), dan Aksi Massa.
Ia juga terlibat dalam konflik internal Komintern, di mana ia berseberangan dengan Joseph Stalin dan dituduh sebagai pengikut Leon Trotsky.
Pada akhir Perang Dunia II, Tan Malaka kembali ke Indonesia dan menyamar sebagai mandor di Banten.
Beliau mendengar kabar proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan segera bergerak menuju Jakarta.
Di sana, ia bertemu dengan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta, serta tokoh-tokoh lainnya.
Baca Juga: Kisah Mahfud MD Ungkap Pengaruh Gus Dur dalam Kiprahnya sebagai Politisi dan Pejabat Negara
Kemudian menawarkan bantuan dan saran, tetapi tidak mendapat tempat dalam pemerintahan Indonesia.
Tan Malaka kemudian mendirikan Persatuan Perjuangan, sebuah organisasi yang menentang perundingan dengan Belanda dan menuntut kemerdekaan 100 persen.
Ia juga mendirikan Partai Murba, sebuah partai yang berideologi sosialis dan nasionalis.
Kemudian terlibat dalam beberapa peristiwa penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, seperti Peristiwa 3 Juli 1946, Peristiwa Madiun 1948, dan Peristiwa Rengasdengklok 1949.
Tan Malaka meninggal pada 21 Februari 1949 di Selopanggung, Kediri, akibat penyakit dan pengejaran aparat militer.
Beliau dimakamkan secara diam-diam di Ledok, Selopanggung.
Pada tahun 1963, Presiden Soekarno menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Pada tahun 2019, jenazah Tan Malaka dipindahkan ke Pandam Gadang, tempat kelahirannya.
Demikian artikel yang saya buat, tentang peran Tan Malaka dalam peristiwa Pascaproklamasi kemerdekaan.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR