Mengutip Harian Kompas, 26 Juni 2015, musibah ini menelan 369 jiwa, baik penumpang maupun awaknya.
Kecelakaan itu disebut berasal dari percikan api di kabin kendaraan, api itu kemudian membesar dan menjalar ke seluruh bagian kapal.
Kebakaran itu diduga akibat rendahnya disiplin penumpang dan awak kapal tentang keselamatan pelayaran, di antaranya tidak mematuhi larangan merokok di tempat-tempat tertentu, seperti kabin kendaraan, selama pelayaran.
Selain rendahnya disiplin, tenggelamnya KM Tampomas II juga akibat awak kapal tidak memahami cara dan prosedur penggunaan semua peralatan pertolongan.
Belakangan diketahui baju pelampung (life jacket) tidak dapat digunakan untuk penumpang awam serta radio portabel yang seharusnya ada di dalam sekoci tidak berada di tempatnya.
Atas keteledoran tersebut, sejumlah awak kapal mendapat sanksi administratif oleh Mahkamah Pelayaran.
Kecelakaan itu juga melambungkan nama Masalembu, yang kemudian hari dikenal sebagai Segitiga Bermuda-nya Indonesia.
Ada mitos yang dipercayai oleh penduduk lokal terkait Masalembu.
Di Masalembu ada mitos tentang kekuasaan Ratu Malaka.
Konon pada masa lalu, perairan Masalembu dikuasai oleh makhluk halus dan siluman yang berkumpul.
Sehingga ketika melewati tempat tersebut, nenek moyang memerlukan sesajen dan sesembahan agar bisa selamat.
Selain tenggelamnya Kapal Tampomas II, kecelakaan lain yang terjadi di perairan tersebut adalah kecelakaan pesawat Adam Air 574 pada Januari 2007.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR