Salah satu alasan yang mendorong Maruarar untuk keluar dari PDI-P adalah keinginannya untuk mengikuti jejak politik Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Setelah kabar tentang pengunduran diri Maruarar Sirait mencuat, pencarian dengan kata kunci "ayah Maruarar Sirait" meningkat di mesin pencarian Google.
Memang siapa sebenarnya ayah Maruarar Sirait? Ternyata dia adalah Sabam Sirait, seorang politikus senior yang sangat dihormati.
Inilah profil singkat Sabam Sirait yang meninggal dunia pada Rabu (29/9/2021) pukul 22.37 WIB, di RS Siloam Karawaci, Tangerang, Banten.
Pada 13 Oktober 1936, Sabam Gunung Pinangian Sirait dilahirkan di Pulau Simardan, Tanjungbalai, Sumatera Utara.
Dari pernikahannya, Sabam memiliki seorang putra yang juga menjadi politisi PDI-P, yaitu Maruarar Sirait. Selain itu, Sabam juga menjadi mertua dari Putra Nababan, yang juga anggota PDI-P.
Sebelum masuk ke dunia politik, Sabam bekerja di bidang administrasi. Dia pernah menjadi pegawai di SMA Persatuan Sekolah Kristen Djakarta (PSKD) pada 1957-1958 dan di Lembaga Administrasi Negara (LAN) di Jakarta pada 1958–1960.
Karier politik Sabam dimulai dari Partai Kristen Indonesia (Parkindo), di mana dia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Parkindo periode 1967-1973.
Ketika Orde Baru menggabungkan partai politik menjadi tiga, Sabam ikut andil dalam pembentukan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan meneken deklarasi pembentukan PDI pada 10 Januari 1973.
Sabam pernah menjadi Sekjen PDI selama tiga periode berturut-turut, yaitu periode 1973-1976, periode 1976-1981, dan periode 1981-1986.
KOMENTAR