Ketika Gus Dur menjadi presiden Republik Indonesia keempat mengalahkan Megawati yang lebih diunggulkan.
Intisari-Online.com -20 Oktober 1999 menjadi hari bersejarah bagi kalangan santri, khususnya dari Nahdlatul Ulama (NU).
Bagaimana tidak, itu adalah hari di mana Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia ke-4.
Bisa dibilang, naiknya Gus Dur sebagai presiden adalah kemenangan bagi kalangan santri.
Menurut Greg Barton dalam bukunyaBiografi Gus Dur, putra Wahid Hasyim itu terpilih sebagai orang nomor satu RI secara mengejutkan.
Terpilihnya Gus Dur sebagai presiden pun dibumbui drama panjang yang menyeret sejumlah nama besar seperti BJ Habibie hingga Megawati Soekarnoputri.
Mundurnya Habibie
Seisi ruangan sidang terkejut ketika Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), lembaga tertinggi negara saat itu, menyatakan mosi tidak percaya terhadap BJ Habibie.
Habibie, presiden di masa transisi Orde Baru ke Reformasi, mendapat serangan dari hampir seluruh anggota MPR kala itu.
Laporan pertanggungjawabannya dimentahkan.
Penolakan ini membuat Habibie mengurungkan niatnya maju sebagai presiden RI lagi.
Rabu, 20 Oktober 1999, sesaat sebelum Sidang Umum MPR digelar, Habibie mengumumkan keputusannya yang menggegerkan itu, mundur dari arena pencalonan.
Praktis, gelanggang pemilihan presiden menjadi milik berdua, antara Gus Dur yang mewakili Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Megawati Soekarnoputri yang memimpin PDI Perjuangan.
Bertarung dengan Megawati
Banyak pihak mengira pertarungan akan dimenangkan oleh Megawati.
Sebabnya, selain suara PDI-P yang lebih besar dari PKB di pemilu, kondisi fisik Gus Dur ketika itu sudah payah.
Saat itu, PKB mendapat kurang dari 13 persen suara di pemilu.
Sedangkan PDI-P memenangkan lebih dari sepertiga suara total.
Ketika pemilihan pun, Gus Dur sudah tak bisa melihat, untuk berjalan pun sulit.
Selain itu, setahun sebelumnya, dia baru sembuh dari serangan stroke.
Namun, pemilihan terus berjalan, menghadapkan Gus Dur dan Megawati.
Saat awal penghitungan suara, seolah Megawati bakal unggul.
Namun, ketika proses penghitungan sudah berjalan dua per tiga, masing-masing mengumpulkan 250 suara.
Selanjutnya, tampak suara Gus Dur terus merangkak naik, kian jauh meninggalkan Mega.
Jalannya penghitungan suara pun berlangsung amat tegang.
Akhirnya, tak disangka, Gus Dur berhasil unggul dengan mengantongi 373 suara, 60 suara lebih banyak dari Mega.
"Astaga, Gus Dur yang terpilih"
Mengetahuinya dirinya gagal, Mega berjalan menghampiri Gus Dur.
Dia letakan tangannya ke pundak pria tersebut.
Digambarkan Greg Barton, Megawati tampak tenang tanpa menunjukkan perasaannya.
Dia terlihat menerima kekalahan dengan anggun.
Sudut-sudut bibir Mega bergetar kecil.
Namun, matanya yang membasah menunjukkan keterkejutannya yang dalam.
Di tengah keriuhan itu, Gus Dur masih bisa tenang dan santai.
Sementara, istri Gus Dur, Sinta Nuriyah, dan putrinya, Yenny Wahid, juga berdiri tenang di sisi Megawati.
Wajah keduanya hampir dapat menyimpan rasa terkejut dengan sempurna.
Masih dalam suasana ingar bingar dan sorak sorai, Gus Dur dibantu berdiri dan dibimbing ke podium.
Tak ada yang mengira Gus Dur yang akhirnya naik ke tampuk kekuasaan tertinggi negeri.
Bahkan, malam hari sebelumnya, orang-orang yang ditunjuk sebagai ajudan hanya berlatih mempersiapkan kalau-kalau Megawati atau Habibie terpilih sebagai presiden.
Orang-orang itu tak mempersiapkan diri seandainya Gus Dur yang keluar sebagai pemenang.
Berita mengejutkan ini pun tersiar ke seluruh penjuru negeri, juga dunia.
Dua hari usai momen bersejarah itu, sampul depan majalah The Economist memuat potret Gus Dur di samping judul dengan huruf tebal berwarna kuning berbunyi, "Astaga, Gus Dur yang terpilih: presiden baru Indonesia yang mengejutkan".
Begitulah perjalanan sosok Gus Dur menjadi orang nomor satu di Indonesia pada Oktober 1999.