Masyarakat yang tinggal di wilayah Indonesia bagian timur banyak yang mendapatkan informasi mengenai proklamasi beberapa hari setelah dibacakan teksnya oleh Soekarno.
Tidak meratanya persebaran informasi juga menjadi penghambat pembentukan pemerintahan yang baru saja dibentuk.
Perbedaan ideologi yang dianut juga menjadi hal yang menghambat tercapainya stabilitas pada masa ini.
Setidaknya ada tiga kekuatan politik yang dominan yaitu nasionalis, Islam, dan komunis.
Seringkali, ketiga ideologi tersebut tidak sejalan satu sama lain terutama pada masa awal kemerdekaan.
Perbedaan suku, memberikan cara pandang yang berbeda pula dalam upaya yang dilakukan bangsa Indonesia untuk mendapatkan kemerdekaan.
Beberapa bangsawan misalnya menganggap semangat nasionalisme yang egaliter sebagai usaha yang berbentuk radikal dan menyalahi aturan seharusnya.
Para bangsawan umumnya menerima beberapa keistimewaan pada masa pendudukan kolonial sehingga malah berempati kepada pihak Belanda.
Lemahnya kepemimpinan pusat, jadi satu faktor yang juga mempengaruhi ketidakstabilan kondisi dalam negeri.
Pembentukan pemerintahan bukanlah sebuah proses instan diperlukan diskus melibatkan banyak pihak.
Faktor ini, menyebabkan pembentukan pemerintahan Republik Indonesia tidak berjalan dengan mulus dibuktikan dengan pergantian sistem pemerintahan dari presidensial ke parlementer dan sebaliknya pada masa peralihan itu.
Baca Juga: Sejarah Perkembangan Sosiologi di Eropa, Dipicu Dua Revolusi Besar
Penulis | : | Wikimedia Commons via Kompas.com |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR