Baca Juga: Akar Konflik Israel-Palestina, Berawal dari Inggris dan PBB Membagi Tanah Kanaan
Namun, ada juga sebagian kalangan yang menentang keputusan ini, terutama yang berhaluan Islam dan moderat.
Mereka mengkhawatirkan bahwa keluarnya Indonesia dari PBB akan mengisolasi Indonesia dari dunia internasional dan memperburuk hubungan Indonesia dengan negara-negara tetangga dan sekutu.
Mereka juga meragukan bahwa Indonesia bisa membentuk organisasi baru yang lebih baik dari PBB.
Di luar negeri, keputusan ini mengejutkan dan menyedihkan banyak negara, terutama yang bersahabat dengan Indonesia.
Mereka menganggap bahwa Indonesia adalah negara yang penting dan berpengaruh di Asia dan dunia, dan kehadirannya di PBB sangat dibutuhkan untuk menjaga perdamaian dan kerjasama internasional.
Mereka juga berharap bahwa Indonesia bisa kembali bergabung dengan PBB secepatnya.
Sekretaris Jenderal PBB U Thant menyesalkan keputusan Indonesia dan menganggapnya sebagai "fase temporer".
Ia berusaha untuk menjaga pintu PBB tetap terbuka bagi Indonesia dan mengundang Indonesia untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB yang konstruktif.
Juga berusaha untuk memfasilitasi dialog dan rekonsiliasi antara Indonesia dan Malaysia.
Pada akhirnya, keputusan Soekarno untuk keluar dari PBB tidak bertahan lama.
Setelah terjadi peristiwa G30S/PKI pada 30 September 1965, yang mengguncang stabilitas politik dan keamanan Indonesia, Soekarno mulai kehilangan kekuasaan dan pengaruhnya.
Kenudian digantikan oleh Jenderal Soeharto, yang kemudian menjadi Presiden Indonesia yang kedua.
Salah satu langkah pertama yang dilakukan oleh Soeharto adalah mengembalikan hubungan Indonesia dengan Malaysia dan PBB.
Pada 19 Juni 1966, Indonesia menyatakan bahwa ia mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia dan mengakui keberadaan Malaysia sebagai negara yang sah.
Pada 28 September 1966, Indonesia menyatakan bahwa ia mengakhiri pengunduran dirinya dari PBB dan kembali menjadi anggota PBB.
Keputusan Soeharto ini mendapat sambutan hangat dari dunia internasional, terutama dari Malaysia dan PBB.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR