Tradisi aneh ini membuat raja dibawa ke hadapan patung dewa Marduk, dilucuti dari regalia kerajaannya, dan dipaksa bersumpah bahwa dia telah memimpin kota dengan hormat.
Seorang pendeta tinggi kemudian akan menampar raja dan menarik telinganya dengan harapan membuatnya menangis.
Jika air mata raja tumpah, itu dianggap sebagai tanda bahwa Marduk puas dan secara simbolis telah memperpanjang kekuasaan raja.
Beberapa sejarawan berpendapat bahwa unsur-unsur politik ini menunjukkan bahwa Akitu digunakan oleh monarki sebagai alat untuk menegaskan kembali kekuasaan ilahi raja atas rakyatnya.
Romawi: Janus, Dewa Bermuka Dua
Tahun Baru Romawi awalnya juga bertepatan dengan ekuinoks musim semi.
Namun tahun-tahun yang diubah dengan kalender matahari akhirnya membuat hari libur tersebut ditetapkan pada tanggal yang lebih dikenal, yaitu 1 Januari.
Penetapan ini berawal dari perkembangan sistem kalender pada zaman Romawi Kuno. Kalender Romawi pada mulanya terdiri dai 10 bulan dan 304 hari.
Aturan ini dibuat pada abad ke-8 SM oleh Romulus, pendiri Roma.
Namun, kalender ini tidak sinkron dengan musim, sehingga pada tahun 713 SM, raja Numa Pompilius menambahkan bulan Januari dan Februari untuk menciptakan kalender pra-Julian yang terdiri dari 355 hari.
Meskipun demikian, kalender ini masih tidak akurat, sehingga Julius Caesar memperkenalkan kalender Julian pada perayaan tahun baru pada tanggal 1 Januari saat ini.
Itulah sejarah tahun baru 1 Januri yang masih dirayakan hingga saat ini.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR