Intisari-Online.com - 31 Desember 1999 menjadi peristiwa yang tak akan pernah dilupakan oleh masyarakat Papua.
Di tanggal itu, Presiden Indonesia saat itu, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur merayakan tahun baru di Jayapura.
Tak hanya itu, di momen itulah Gus Dur juga mengembalikan nama Papua menggantikan nama Irian Jaya yang diberikan oleh pemerintahan Presiden Soeharto.
Nama Papua disebutkan dalam Manifest yang dicetuskan Komite Nasional Papua yang menyatakan, "Nama tanah kami menjadi PAPOEA BARAT dan nama bangsa kami menjadi PAPOEA."
Manifest tersebut ditulis dalam sebuah harian "Pengantara" pada 21 Oktober 1961.
Tak hanya itu, Gus Dur juga dianggap sebagai sosok yang bisa mengatasi akar persoalan di Papua.
Sebuah buku berjudul Papua Road Map terbit pada 2008 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Di situ, LIPI menyebut persoalan marjinalisasi, diskriminasi dan pelanggaran HAM sebagai bagian dari banyak isu utama di Papua.
Marjinalisasi dan diskriminasi dialami orang asli Papua, baik secara politik, ekonomi, maupun sosial-budaya.
Sedangkan, sampai hari ini belum ada masalah pelanggaran HAM yang diselesaikan secara adil, termasuk juga belum berhasil diputusnya siklus kekerasan di Papua yang dilakukan negara.
Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Wahid mengatakan, Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebenarnya memiliki warisan dalam menyelesaikan persoalan di Papua.
Gus Dur selalu mengedepankan dialog dalam menangani masalah di sana.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR