Pada masa dinasti Qing (1644-1911) perayaan ini bahkan dianggap sama pentingnya/setara dengan perayaan musim semi (Imlek).
Salah satu tradisi yang paling populer dalam Festival Dongzhi adalah makan tangyuan atau ronde, sejenis kue berbentuk bola yang terbuat dari tepung ketan, terkadang diberi pewarna merah.
Tangyuan memiliki arti "keluarga yang utuh dan harmonis" karena bentuknya yang bulat dan padat.
Setiap anggota keluarga setidaknya menerima satu butir tangyuan berukuran besar dan beberapa berukuran kecil, disajikan bersama kuah manis yang terkadang dicampur arak atau bunga jiuniang.
Tangyuan yang telah direbus dalam air kemudian disajikan dengan kuah sup, yang dibuat dari air rebusan gula pasir, gula merah, daun pandan, dan jahe.
Tangyuan yang diberi isi manis disajikan dengan kuah jahe yang diberi sirup.
Tangyuan yang tidak diberi isi juga disajikan sebagai makanan penutup berupa sup manis.
Masyarakat Kanton mengenal makanan ini sebagai 'Tongsui' yang secara harafiah berarti "air gula" atau "sirup".
Makan tangyuan bersama keluarga merupakan simbol kebersamaan, kehangatan, dan kebahagiaan.
Selain itu, makan tangyuan juga dipercaya dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan melindungi dari penyakit, terutama pada musim dingin.
Festival Dongzhi di Indonesia
Baca Juga: Tradisi Suku Kaili dengan Tarian Balia-nya, Ritual Penyembuhan dengan Menginjak Bara Api
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR