Namun, ekspedisi pertama yang dipimpin oleh Jenderal Van der Wijck mengalami kegagalan dan mengakibatkan korban jiwa yang besar di pihak Belanda.
Belanda kemudian mengirimkan ekspedisi kedua yang lebih besar dan lebih brutal, yang dipimpin oleh Jenderal Vetter.
Ekspedisi ini berhasil menguasai Lombok dan menewaskan ribuan orang, termasuk raja Lombok dan keluarganya, yang melakukan puputan atau bunuh diri massal.
Setelah mengalahkan Kerajaan Lombok, Belanda menggeledah Puri Cakranegara dan desa-desa sekitarnya, dan mengambil segala benda berharga yang mereka temukan.
Benda-benda tersebut kemudian dibawa ke Batavia (Jakarta) dan kemudian ke Belanda, untuk dijadikan koleksi museum, hadiah, atau barang dagangan.
Bros berlian Lombok sendiri diberikan oleh Gubernur Jenderal Van Heutsz kepada Ratu Wilhelmina sebagai hadiah pernikahannya pada tahun 1901.
Bros tersebut kemudian disimpan di Museum Volkenkunde sejak tahun 1978.
Selama lebih dari satu abad, harta karun Lombok menjadi milik Belanda, tanpa ada upaya dari pihak Indonesia untuk memintanya kembali.
Baru pada tahun 2013, pemerintah Indonesia mulai melakukan negosiasi dengan pemerintah Belanda untuk merepatriasi benda-benda bersejarah tersebut, sebagai bagian dari kerjasama budaya antara kedua negara.
Proses repatriasi ini melibatkan penelitian dan komunikasi yang panjang, serta menghadapi berbagai kendala, seperti masalah hukum, administrasi, dan logistik.
Akhirnya, pada tahun 2023, pemerintah Belanda setuju untuk mengembalikan 335 benda bersejarah Indonesia, termasuk bros berlian Lombok, tanpa syarat apapun.
Baca Juga: Menguak Misteri Pulau Rempang, Harta Karun Tersembunyi dari Batam.
Repatriasi bros berlian Lombok dan benda-benda lainnya adalah sebuah langkah penting untuk mengembalikan warisan budaya bangsa Indonesia yang hilang akibat penjajahan.
Benda-benda tersebut bukan hanya memiliki nilai estetika, tapi juga nilai sejarah, yang bisa memberikan pelajaran dan inspirasi bagi generasi sekarang dan mendatang.
Bros berlian Lombok adalah simbol kekayaan dan kebanggaan Kerajaan Lombok, yang juga menjadi saksi bisu perjuangan dan penderitaan rakyat Lombok melawan penjajah Belanda.
Dengan kembalinya bros berlian Lombok ke tanah air, diharapkan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Lombok, bisa merasakan rasa hormat dan penghargaan atas warisan budaya mereka, serta menjaga dan melestarikannya dengan baik.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR