Setelah sekian lama, usahanya membuahkan hasil.
Von Koenigswald akhirnya mendapat dukungan dana dari sebuah yayasan Belanda untuk melanjutkan pekerjaan dan penelitiannya selama di Jawa terkait penggalian fosil.
Setelah mendapatkan sokongan dana, Von Koenigswald melakukan berbagai penelitian di sejumlah daerah di Jawa, seperti di Ngandong, tepi Sungai Bengawan Solo, Ngawi, Sragen, dan Pacitan.
Dia memulai penelitian dengan melakukan penggalian atau ekskavasi di Sangiran, Sragen, pada 1934.
Dengan berbekal buku Van Es, Von Koenigswald mencermati endapan-endapan purba Sangiran, hingga menemukan alat-alat serpih.
Alat-alat serpih berwarna kuning kemerahan dari batuan kalsedon yang ditemukan ini kemudian menjadi sangat terkenal dengan sebutan alat serpih Sangiran.
Pada 1936, Von Koenigswald mendapat temuan yang menakjubkan berupa fosil tempurung kepala manusia purba yang sejenis dengan temuan Eugene Dubois di Trinil.
Oleh karena itu, temuan ini kemudian dinamai Pithecanthropus II.
Berkat temuannya ini, sebagian teka-teki seputar keberadaan manusia Jawa mulai terjawab.
Tak hanya itu, Von Koenigswald juga berhasil menemukan fosil penting lainnya yang berupa tengkorak dan rahang bawah.
Temuannya ini kemudian dinamai sebagai Meganthropus paleojavanicus.
Von Koenigswald menemukan fosil Meganthropus paleojavanicus pada tahun 1941.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR