tradisi dan kehidupan manusia purba yang tinggal di dalam gua dinamakan abris sous roche.
Intisari-Online.com -Barangkali ada keponakan kita yang bertanya: om, tradisi dan kehidupan manusia purba yang tinggal di dalam gua disebut apa ya?
Sebagai paman yang baik, tentu kita harus tahu jawabannya dong.
Jawabannya adalah abris sous roche.
Apa itu?
Abris sous roche dan kjokkenmoddinger pertama kali diteliti serta ditemukan oleh Van Stein Callenfels, pada 1925.
Dua penemuan ini merupakan ciri Zaman Batu Madya atau Mesolitikum.
Zaman ini diperkirakan berlangsung pada masa holosen, yakni sekitar 10 ribu hingga 20 ribu tahun yang lalu.
Pengertian abris sous roche
Kehidupan manusia purba yang tinggal di dalam gua dinamakan abris sous roche.
Menurut Sriyana dalam buku Antropologi Sosial Budaya (2020), abris sous roche adalah tempat tinggal zaman prasejarah berwujud goa dan ceruk di dalam batu karang untuk berlindung.
Hal ini mengisyaratkan bahwa manusia purba di era Mesolitikum tinggal di gua-gua.
Pada abris sous roche berhasil ditemukan beberapa artefak atau peninggalan prasejarah, seperti alat dari tulang serta tanduk rusa, flakes, ujung anak panah, dan lain-lain.
Kebudayaan abris sous roche pertama kali diteliti oleh Van Stein Callenfels di Gua Lawa, dekat Sampung, Ponorogo.
Penelitian ini dilakukan sejak 1928 hingga 1931.
Selain di Ponorogo, abris sous roche juga banyak ditemukan di wilayah Besuki, Bojonegoro, dan beberapa daerah di Sulawesi Selatan, seperti Lamoncong.
Apa fungsi Abris Sous Roche bagi manusia purba?
Dalam buku Ensiklopedia Zaman Prasejarah (2020) karya Etty Sugiarti, pada zaman Mesolitikum banyak ditemukan Abris Sous Roche.
Abris Sous Roche merupakan gua-gua yang dijadikan sebuah tempat tinggal.
Kebudayaan Mesolitikum bekasnya banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Flores.
Dari peninggalan tersebut dapat diketahui bahwa manusia zaman itu mata pencahariannya sebagai berburu dan meramu.
Mereka sudah mempunyai tempat tinggal, sehingga sudah mengenal bercocok tanam secara kecil-kecilan.
Bekas-bekas tempat tinggal mereka banyak ditemukan di pinggir pantai (kjokkenmoddinger) dan di dalam gua-gua (abris sous roche).
Abris sous roche adalah gua yang dipakai manusia purba sebagai tempat tinggal.
Biasanya lokasinya dekat sumber air.
Penyelidikan pertama terhadap abris sous roche dilakukan oleh Van Stein Callenfeles di Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo pada 1928 hingga 1931.
Alat-alat yang ditemukan banyak sekali macamnya, seperti ujung panah dan flakes, batu-batu penggilingan, kapak-kapak yang sudah diasah.
Kemudian alat-alat dari tulang dan tanduk rusa, serta alat-alat dari perunggu dan besi.
Kehidupan di gua dapat dilihat dari peninggalan seni lukis yang ada di Gua Leang-Leang di Provinsi Sulawesi Selatan.
Lukisan yang tertera berupa tangan-tangan manusia dan binatang dengan cat merah.
Lukisan tersebut menggambarkan perjuangan hidup manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan.
Dikutup situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), kebudayaan-kebudayaan Abris sous roche banyak ditemukan di Besuki, Bojonegoro, juga di daerah Sulawesi Selatan seperti di Lamoncong.
Abris Sous Roche juga ditemukan di daerah Timor dan Rote.
Di Lamoncong ditemukan flakes, ujung mata panah yang sisi-sisinya bergerigi dan pebble.
Di gua tersebut didiami oleh suku Toala, sehingga oleh tokoh peneliti Fritz Sarasin dan Paul Sarasin, suku Toala yang sampai sekarang masih ada dianggap sebagai keturunan langsung penduduk Sulawesi Selatan zaman prasejarah.
Mobilitas manusia purba yang tinggi tidak memungkinkan untuk menghuni secara menetap.
Keberadaan gua-gua yang dekat dengan sumber air dan bahan makanan mungkin saja dimanfaatkan sebagai tempat tinggal sementara.
Peninggalan Abris sous rache
Berikut peninggalan-peninggalan kebudayaan Abris sous rache:
Serpih Bilah
Serpih bilah merupakan semacam alat berburu yang memiliki permukaan kasar.
Salah satu alat khas zaman Mesolitikum adalah alat mikrolit yang berbentuk geometris.
Dipakai untuk membuat alat ini antara lain, kalsedon, andesit, dan batu gamping.
Tradisi serpih bilah terutama berlangsung dalam kehidupan di gua Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur.
Teknik pembuatan alat serpih bilah hampir sama dengan pembuatan alat-alat serpih pada masa sebelumnya.
Alat tulang
Alat tulang banyak ditemukan di Jawa tepatnya di Gua Lawa dekat Sampung.
Alat-alat tersebut antara lain lancipan, belatik dari tanduk, sundip tulang, dan beberapa mata kail.
Lukisan dalam gua Lukisan yang ada di dalam gua dibuat dengan cara menggores pada dinding-dinding menggunakan cat berwarna merah, hitam, atau putih.
Lukisannya berupa cap tangan dengan cara merentangkan jari-jari tangan pada dinding-dinding gua.
Ada juga lukisan berupa gambaran pengalaman, perjuangan dan harapan hidup.
Sumber inspirasi lukisan ini adalah kehidupan sehari-hari mereka.