Kekhalifahan ini mengangkat gubernur-gubernur yang bertanggung jawab atas daerah-daerah tertentu di Andalusia.
Namun, pada tahun 750, Kekhalifahan Bani Umayyah runtuh akibat pemberontakan Dinasti Abbasiyah, yang kemudian mendirikan kekhalifahan baru di Bagdad, Irak.
Hanya satu anggota keluarga Umayyah yang berhasil lolos dari pembantaian Abbasiyah, yaitu Abdurrahman ad-Dakhil.
Ia adalah anak dari Muawiyah bin Hisyam dan cucu dari Hisyam bin Abdul-Malik, salah satu khalifah Umayyah yang berkuasa dari tahun 724 hingga 743.
Abdurrahman ad-Dakhil melarikan diri ke Spanyol dan mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah Umayyah di Kordoba pada tahun 756.
Dengan demikian, ia mendirikan dinasti baru yang disebut Dinasti Andalusia.
Inilah yang menjadi titik penting dalam sejarah masuknya Islam di Andalusia.
Dinasti ini merupakan tandingan dari Dinasti Abbasiyah di Bagdad, yang mengklaim sebagai penerus sah dari Kekhalifahan Bani Umayyah.
Dinasti Andalusia memerintah wilayah Andalusia dengan sistem pemerintahan yang terdesentralisasi.
Mereka memberikan kebebasan beragama dan toleransi kepada penduduk non-Muslim, seperti Yahudi dan Kristen.
Mereka juga mendorong perkembangan ilmu pengetahuan, seni, sastra, arsitektur, dan teknologi yang canggih.
Andalusia menjadi pusat peradaban dan kebudayaan Islam di Eropa.
Di sini, berkembang ilmuwan, filsuf, penyair, dan seniman yang berasal dari Andalusia, seperti Ibnu Rusyd, Ibnu Arabi, Ibnu Hazm, Ibnu Zaidun, dan lain-lain.
Andalusia juga menjadi tempat pertemuan dan pertukaran antara budaya Timur dan Barat.
Itulah sejarah masuknya Islam di Andalusia, yang berawal dari berdirinya Dinasti Andalusia. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan Anda.
Baca Juga: Kondisi Sosial Masyarakat Andalusia Sebelum Kedatangan Bangsa Muslim
KOMENTAR