Advertorial

Thariq bin Ziyad, Dari Budak Hingga Jadi Panglima Pasukan Muslim Taklukkan Andalusia

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Penulis

Thariq bin Ziyad, panglima tentara Islam ketika menaklukkan Andalusia. Terkenal karena pidatonya yang membakar semangat.
Thariq bin Ziyad, panglima tentara Islam ketika menaklukkan Andalusia. Terkenal karena pidatonya yang membakar semangat.

Thariq bin Ziyad, panglima tentara Islam ketika menaklukkan Andalusia.

Intisari-Online.com -Dialah Thariq bin Ziyad, penglima perang Islam ketika menaklukkan Andalusia, Spanyol sekarang.

Dia adalah seorang komandan militer dari dinasti Umayyah yang berhasil menaklukkan wilayah Andalusia pada tahun 711.

Dia dikenal dalam sejarah Spanyol sebagai legenda dengan sebutan Taric el Tuerto atau Taric yang memiliki satu mata.

Namun, tahukah Anda bahwa Thariq bin Ziyad dulunya adalah seorang budak?

Asal usul Thariq bin Ziyad tidak diketahui secara pasti.

Menurut sejarawan Syauqi Abu Khalil dan dikutip oleh Alwi Alatas, ada yang menyebutnya sebagai keturunan dari Bani Hamdan dari Persia, atau dari suku Lakhm.

Ada juga yang menyebutkan Thariq berasal dari bangsa Vandal.

Namun, banyak sejarawan yang menganggap dia keturunan dari bangsa Berber.

Menurut pendapat lain, Thariq bin Ziyad adalah bekas budak Musa bin Nushair, gubernur Ifriqiya (Afrika Utara) di bawah kekhalifahan Umayyah.

Musa membebaskannya setelah melihat potensi Thariq, kemudian menempatkannya di pasukannya.

Bisa jadi Thariq bin Ziyad sudah berada di pasukan Musa bin Nushair saat Musa baru tiba di Qayrawan.

Namun, saat itu Thariq belum dikenal dengan luas.

Thariq bin Ziyad mulai menunjukkan kemampuan dan kepemimpinannya saat dia ditugaskan oleh Musa untuk menaklukkan Maghreb (Maroko dan Aljazair).

Dia berhasil mengalahkan penguasa lokal dan membawa mereka masuk Islam.

Dia juga membangun masjid-masjid dan sekolah-sekolah untuk mengajarkan ajaran Islam kepada penduduk setempat.

Pada tahun 711 M (92 H), Thariq bin Ziyad mendapat kesempatan untuk menunjukkan keberaniannya dalam penaklukan Andalusia.

Dia mendapat informasi bahwa raja Visigoth (bangsa Jermanik yang menduduki Spanyol), Roderick sedang menghadapi pemberontakan dari salah satu adipatinya, Julian.

Julian sendiri adalah orang Kristen yang memiliki hubungan baik dengan muslim di Afrika Utara.

Julian meminta bantuan kepada Musa untuk mengirim pasukan muslim ke Andalusia untuk membantunya melawan Roderick.

Musa pun menyetujui permintaan tersebut dan memilih Thariq sebagai komandan pasukan muslim.

Pada 29 April 711 M (28 Rajab 92 H), pasukan Thariq mendarat di Gibraltar (nama Gibraltar berasal dari bahasa Arab, Jabal Tariq yang artinya Gunung Thariq).

Pasukan Thariq berjumlah sekitar 7.000-12.000 orang, terdiri dari orang-orang Berber dan Arab.

Mereka menghadapi pasukan Roderick yang berjumlah lebih dari 100.000 orang.

Pasukan Thariq menyerbu wilayah Andalusia dan di musim panas tahun 711 berhasil meraih kemenangan yang menentukan atas kerajaan Visigoth, di mana rajanya, Roderick terbunuh pada tanggal 19 Juli 711 dalam pertempuran Guadalete.

Setelah itu, Thariq menjadi gubernur wilayah Andalusia sebelum akhirnya dipanggil pulang ke Damaskus oleh Khalifah Walid I.

Salah satu hal yang membuat kisah Thariq bin Ziyad inspiratif adalah pidatonya yang terkenal.

Begini bunyinya:

"Ke manakah kalian, wahai pasukan Muslimin, dapat melarikan diri?

Musuh berada di depan, sementara lautan terbentang di belakang kalian?

Demi Allah! Tak ada keselamatan bagi kalian kecuali dalam keberanian dan keteguhan hati.

Pertimbangkanlah situasi kalian: berdiri di sini bagaikan anak-anak yatim terlontar ke dunia.

Kalian akan segera bertemu dengan musuh yang kuat, mengepung kalian dari segala penjuru bagaikan gelombang samudera yang bergejolak.

Maka buanglah segala ketakutan dari hati kalian.

Percayalah, kemenangan akan menjadi milik kita dan percayalah raja kafir itu tak akan mampu bertahan menghadapi serangan kita.

Jika aku terbunuh sebelum mendekatinya (Roderick), jangan kalian bersusah payah karenaku.

Tetaplah bertempur seolah aku masih hidup di tengah kalian.

Sebab, kaum kafir ini saat melihat rajanya jatuh, pastilah akan kocar-kacir.

Jika aku terbunuh setelah menewaskan raja mereka itu, tunjuklah seseorang di antara kalian yang di dalam dirinya terdapat jiwa keberanian dan kecakapan pengalaman, mampu memimpin kalian dalam situasi genting ini."

Artikel Terkait