Intisari-online.com -Papua adalah salah satu wilayah yang paling terpinggirkan dan tertindas di Indonesia.
Sejak zaman penjajahan Belanda, orang Papua mengalami berbagai bentuk diskriminasi, eksploitasi, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Mereka tidak mendapatkan kesempatan yang sama dengan orang-orang di wilayah lain dalam hal pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan politik.
Mereka juga sering menjadi korban kekerasan dan intimidasi dari aparat keamanan dan kelompok bersenjata.
Untuk memperjuangkan hak-hak mereka, orang Papua mencoba untuk membentuk organisasi-organisasi yang mewakili aspirasi dan kepentingan mereka.
Salah satu organisasi yang paling berpengaruh dan bersejarah adalah Partai Sama-Sama Manusia (PSM).
Partai ini didirikan pada tanggal 19 April 1961 di Sorong, Papua Barat, oleh sekelompok pemuda Papua yang terinspirasi oleh gerakan nasionalisme Indonesia.
Partai ini memiliki visi untuk menyatukan seluruh orang Papua di bawah bendera merah putih dan menjadikan Papua sebagai bagian integral dari Indonesia.
Partai Sama-Sama Manusia memiliki motto "Sama-Sama Manusia, Sama-Sama Indonesia".
Partai ini menolak segala bentuk diskriminasi dan kolonialisme, baik dari Belanda maupun dari pihak lain.
Partai ini juga menekankan pentingnya kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi orang Papua, serta penghormatan terhadap budaya dan adat istiadat mereka.
Partai ini beranggotakan orang-orang dari berbagai suku, agama, dan latar belakang di Papua, yang bersatu dalam semangat persaudaraan dan solidaritas.
Partai Sama-Sama Manusia berperan aktif dalam memobilisasi massa Papua untuk mendukung upaya Indonesia dalam merebut kembali Papua dari Belanda.
Partai ini juga berpartisipasi dalam Konferensi Malino II pada tahun 1962, yang menghasilkan perjanjian antara Indonesia dan Belanda tentang penyerahan Papua kepada Indonesia.
Partai ini juga ikut serta dalam Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) pada tahun 1969, yang menetapkan bahwa Papua tetap menjadi bagian dari Indonesia.
Namun, Partai Sama-Sama Manusia juga menghadapi berbagai tantangan dan hambatan dalam perjuangannya.
Partai ini sering mendapat tekanan dan ancaman dari pihak-pihak yang tidak setuju dengan visi dan misinya.
Partai ini juga mengalami konflik internal dan eksternal, yang mengakibatkan perpecahan dan pembubaran.
Partai ini akhirnya bubar pada tahun 1971, setelah pemerintah Indonesia melarang keberadaan partai-partai politik di Papua.
Meskipun Partai Sama-Sama Manusia tidak lagi eksis, namun warisan dan semangatnya tetap hidup di hati dan pikiran banyak orang Papua.
Partai ini menjadi salah satu simbol perjuangan dan pengorbanan orang Papua untuk mempertahankan hak-hak mereka sebagai manusia dan sebagai warga negara Indonesia.
Partai ini juga menjadi inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya untuk terus berjuang demi kemerdekaan, kesetaraan, dan keadilan bagi orang Papua.