Namun, pemberontakan itu gagal dan Musso ditangkap oleh Belanda pada tahun 1927.
Musso kemudian dibuang ke Boven Digul, kamp tahanan politik di Papua.
Di sana ia bertemu dengan Sukarno, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan tokoh-tokoh nasionalis lainnya.
Musso berusaha untuk menjalin kerjasama antara komunis dan nasionalis dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Namun, usahanya tidak mendapat sambutan baik dari kedua pihak.
Pada tahun 1936, Musso berhasil melarikan diri dari Boven Digul dan pergi ke Moskow.
Di sana ia mendapat pendidikan politik dan militer dari Komintern. Ia juga menjadi anggota Komite Eksekutif Komintern untuk wilayah Asia Timur.
Ia mengikuti perkembangan politik di Indonesia melalui radio dan surat kabar.
Pada tahun 1948, setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dari Belanda, Musso kembali ke tanah airnya.
Kemudian membawa berita bahwa Doktrin Dimitrov, yang menganjurkan kerjasama antara komunis dan nasionalis, telah diganti dengan Doktrin Zhdanov, yang menuntut komunis untuk mengambil alih kekuasaan dari nasionalis borjuis.
Musso lalu membentuk PKI Muda, sayap radikal PKI yang menolak kerjasama dengan pemerintah RI yang dipimpin oleh Sukarno-Hatta.
Musso juga bergabung dengan Front Demokrasi Rakyat (FDR), koalisi partai-partai dan organisasi-organisasi kiri yang tidak puas dengan kebijakan pemerintah RI.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR