Sementara, unsur etnis Tionghoa yakni kepala warak yang mirip dengan naga. Sedangkan, unsur suku Arab diwakili dengan bulu-bulu warak.
Warak ngendog hanyalah makhluk rekaan yang merupakan simbol persatuan dari berbagai etnis di Kota Semarang tersebut.
Sementara itu, nama ngendog adalah bahasa Jawa yang berarti bertelur.
Hal ini menyimbolkan pahala yang didapat seseorang setelah menjalani proses penyucian.
Secara harfiah, warak ngendog bisa diartikan sebagai individu yang menjaga kesucian di bulan Ramadhan, kelak akan mendapatkan pahala di hari Lebaran.
Itulah makna tradisi dugderan yang jamak dilakukan masyarakat Kota Semarang menjelang Ramadhan.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR