Makna dan tujuan dugderan
Berdasarkan informasi dari situs Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Kota Semarang (24/02/2020), nama dugderan diambil dari suara bedug yang berbunyi ‘dug dug dug’ dan suara meriam yakni ‘der der der’.
Seperti disampaikan sebelumnya, bedug dan meriam tersebut dibunyikan masing-masing tiga kali, sebagai penanda awal bulan Ramadhan.
Tujuan dari penyelenggaraan dugderan adalah melebur perbedaan yang terjadi antarwarga Kota Semarang pada zaman kolonial.
Secara khusus, Bupati Purbaningrat ingin menyamakan persepsi masyarakat dalam menentukan awal bulan Ramadan.
Hingga saat ini, tradisi dugderan masih menjadi alat pemersatu antarwarga Semarang.
Banyak warga turun ke jalan pada saat perayaan untuk berbaur, tegur sapa, dan saling menghormati sesama tanpa memandang perbedaan.
Warak ngendhog
Salah satu ikon dalam acara dugderan adalah warak ngendhog.
Mengutip situs situs Perpustakaan dan Informasi Tentang Budaya Lokal Jawa Tengah (14/12/2016), warak ngendog adalah mainan anak-anak yang dulu sangat populer di Kota Semarang dan sekitarnya.
Bentuk fisik warak ngendog mewakili suku-suku yang hidup di Kota Semarang, meliputi Jawa, Tionghoa, dan Arab.
Unsur suku Jawa diwakili oleh postur warak yang menyerupai kambing.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR