Intisari-online.com - Israel melancarkan serangan darat ke Jalur Gaza pada Jumat (13/10/2023) malam.
Setelah sebelumnya melakukan serangan udara dan artileri yang menewaskan puluhan warga sipil Palestina.
Serangan darat ini merupakan eskalasi terbaru dari konflik yang telah berlangsung selama lebih dari sepekan antara Israel dan Hamas, kelompok perlawanan Palestina yang menguasai Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa serangan darat ini hanyalah permulaan dari perang melawan Hamas, yang ia sebut sebagai organisasi teroris yang ingin menghancurkan Israel.
"Kami tidak akan berhenti sampai kami mengembalikan keamanan dan ketenangan bagi warga Israel," kata Netanyahu dalam pidato yang disiarkan televisi pada Sabtu (14/10/2023) pagi.
Netanyahu juga menuduh Hamas menggunakan warga sipil Gaza sebagai perisai manusia, dan mengatakan bahwa Israel berusaha untuk menghindari korban sipil sebanyak mungkin.
"Kami melakukan segala upaya untuk menghormati hukum perang internasional dan untuk meminimalkan kerusakan pada warga sipil yang tidak bersalah," kata Netanyahu.
Namun, klaim Netanyahu ini dibantah oleh Hamas dan sejumlah organisasi hak asasi manusia, yang mengecam serangan darat Israel sebagai pembantaian massal terhadap rakyat Palestina.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan darat Israel telah menewaskan sedikitnya 50 orang, termasuk 23 anak-anak, dan melukai lebih dari 300 orang lainnya.
Jumlah korban jiwa akibat konflik ini telah mencapai lebih dari 200 orang di pihak Palestina, dan 10 orang di pihak Israel.
"Serangan darat Israel adalah kejahatan perang yang tidak dapat dibenarkan. Mereka menargetkan warga sipil yang tidak berdaya, termasuk wanita dan anak-anak, yang sudah menderita akibat blokade brutal Israel selama bertahun-tahun," kata juru bicara Hamas Fawzi Barhoum dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Pernah Pimpin Serangan ke Israel, Sosok Komandan Hamas Selalu Lolos dari Pembunuhan Israel Ini
Barhoum juga menegaskan bahwa Hamas tidak akan menyerah atau mundur dari perjuangannya untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Israel.
"Kami akan terus melawan dengan segala cara yang kami miliki. Kami akan terus meluncurkan roket-roket kami ke jantung Israel, sampai mereka menghentikan agresi mereka dan mengakui hak-hak kami," kata Barhoum.
Serangan darat Israel juga mendapat kecaman dari sejumlah negara dan organisasi internasional, yang mendesak agar gencatan senjata segera dicapai untuk mengakhiri konflik ini.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas eskalasi kekerasan di Gaza, dan menyerukan agar semua pihak menghormati hukum humaniter internasional dan melindungi warga sipil.
"Kami sedang menyaksikan salah satu situasi kemanusiaan paling mengerikan di dunia. Rakyat Gaza membutuhkan bantuan kemanusiaan mendesak, termasuk air bersih, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar. Saya mendesak semua pihak untuk menghentikan pertumpahan darah sekarang, dan untuk kembali ke meja perundingan untuk mencari solusi damai dan adil bagi konflik ini," kata Guterres.