Awal Mula Konflik Israel dan Palestina, Semua Gara-gara Inggris?

Ade S

Editor

Yerusalem. Artikel ini menjelaskan awal mula konflik Israel dan Palestina yang dipicu oleh kebijakan Inggris pada masa Perang Dunia I dan II.
Yerusalem. Artikel ini menjelaskan awal mula konflik Israel dan Palestina yang dipicu oleh kebijakan Inggris pada masa Perang Dunia I dan II.

Intisari-Online.com -Apakah Anda pernah bertanya-tanya mengapa Israel dan Palestina selalu bertikai?

Apa sebenarnya yang menjadi akar masalah dari konflik yang sudah berlangsung selama puluhan tahun ini?

Artikel ini akan membahas awal mula konflik Israel dan Palestina yang bermula dari perebutan wilayah yang sama.

Anda akan mengetahui bagaimana peran Inggris dalam menciptakan konflik ini melalui kebijakan-kebijakan yang kontroversial.

Anda juga akan melihat bagaimana perkembangan wilayah Israel dan Palestina sejak deklarasi kemerdekaan Israel hingga saat ini.

Artikel ini akan memberikan Anda gambaran yang jelas dan objektif tentang konflik Israel dan Palestina.

Imigrasi Yahudi ke Palestina

Melansir Kompas.com, salah satu faktor yang memicu imigrasi bangsa Yahudi ke Palestina adalah peristiwa Holocaust yang terjadi selama Perang Dunia II.

Holocaust adalah pembantaian massal terhadap sekitar enam juta orang Yahudi di Eropa oleh rezim Nazi Jerman.

Akibat kebrutalan Nazi Jerman di bawah pimpinan Hitler, banyak orang Yahudi yang berusaha keluar dari Eropa menuju Palestina.

Baca Juga: Inilah Sejarah Berdirinya Hamas, Kelompok Milisi Palestina Yang Terus-terusan Bikin Repot Israel

Akan tetapi, imigrasi ini mendapat hambatan dari kebijakan Inggris yang sebelum perang dunia II mengeluarkan White Paper 1939.

Dokumen ini mengatur bahwa imigrasi Yahudi ke Palestina dibatasi hanya 75 ribu orang hingga tahun 1944. Jumlah ini terdiri dari 10 ribu imigran per tahun atau 25 ribu orang jika ada keadaan darurat.

Karena kebijakan kolonial dan ancaman pemusnahan ini, organisasi Yahudi melakukan imigrasi secara ilegal.

Upaya ini ternyata dapat dicegah oleh Inggris yang menempatkan delapan kapal perang untuk memblokir perairan Palestina.

Para imigran yang tidak berhasil masuk Palestina kemudian diangkut dan ditahan di kamp pengungsi di Siprus. Ribuan lainnya ditahan di Palestina dan Mauritius.

Situasi ini memicu perlawanan kelompok bersenjata Yahudi di Palestina dengan melakukan teror.

Kelompok yang bertanggung jawab atas teror ini adalah kelompok sayap kanan Zionis, Irgun.

Kondisi yang semakin memburuk ini membuat beberapa negara mendesak Inggris untuk segera membuka jalur imigrasi Yahudi.

Pada 20 April 1946, Komite Gabungan Inggris-AS yang dibentuk oleh PBB merekomendasikan 100 ribu orang Yahudi untuk bermigrasi ke Palestina.

Namun, hal ini ditolak oleh pemerintah Arab. Merasa sudah tidak sanggup mengurus Palestina, Inggris menyerahkan mandat pengelolaan Palestina kepada PBB pada 14 Mei 1948.

Tahun 1948 para pemimpin Yahudi mendeklarasikan berdirinya negara Israel.

Baca Juga: Israel Punya Sistem Keamanan Canggih, Begini Cara Hamas Menembus Iron Dome

Perang Israel-Arab

Pada 14 Mei 1948, sehari sebelum Mandat Inggris atas Palestina habis, komunitas Yahudi di Palestina mendeklarasikan pembentukan negara Israel di hadapan 259 tamu undangan di Museum Tel Aviv.

Setelah Deklarasi Kemerdekaan Israel 14 Mei 1948, hari sebelumnya pasukan ekspedisi Mesir, Transyordania, Suriah, dan Irak bersama-sama memasuki Palestina.

Setelah menguasai wilayah-wilayah Arab, pasukan penyerbu menyerang pasukan Israel dan beberapa permukiman Yahudi.

Pertempuran berlangsung selama sepuluh bulan, sebagian besar di wilayah Mandat Inggris, Semenanjung Sinai, dan Lebanon selatan, dengan beberapa periode gencatan senjata.

Perang ini terjadi saat Inggris masih memerintah negara itu dan ketika pasukan militernya masih berada di berbagai wilayah.

Kemauan dan kemampuan Inggris untuk ikut campur dalam perang semakin menurun. Pada paruh kedua, April 1948 mereka sudah jarang mengintervensi kecuali untuk mengamankan jalur penarikan mereka.

Akibat dari perang, Israel kini menguasai hampir 60 persen wilayah yang diusulkan oleh PBB untuk negara Yahudi, dan hampir 60 persen wilayah yang diusulkan untuk negara Arab.

Wilayah ini meliputi Jaffa, Lydda, dan Ramle, Galilea, beberapa bagian Negev, jalur lebar di sepanjang jalan Tel Aviv–Yerusalem, dan beberapa wilayah Tepi Barat.

Yerusalem Barat, yang seharusnya menjadi bagian dari zona internasional Yerusalem dan sekitarnya, juga dikuasai oleh Israel.

Militer Mesir mengambil alih Jalur Gaza, sementara tentara Yordania mengambil alih Yerusalem Timur dan sisa dari Mandat Inggris.

Perkembangan teritorial Israel dan Palestina
Perkembangan teritorial Israel dan Palestina

Peta perkembangan wilayah Israel dan Palestina

Lebih dari setengah tanah milik Yahudi dikuasai oleh dua dana utama Yahudi, yaitu Dana Nasional Yahudi dan Asosiasi Kolonisasi Yahudi Palestina, pada akhir mandat Inggris.

Pada tahun 1948, saat periode Mandat Inggris berakhir, petani Yahudi telah menggarap 425.450 dunam tanah. Sedangkan petani Palestina memiliki 5.484.700 dunam tanah yang dibudidayakan.

Dunam adalah satuan luas tanah yang dipakai di Kesultanan Utsmaniyah yang menunjukkan luas lahan yang dapat diolah dalam satu hari. Satu dunam sama dengan 1000 meter persegi.

Sampai saat ini, konflik dan perang antara Israel dan Palestina masih berlangsung karena tidak ada kesepakatan damai yang tercapai oleh kedua pihak.

Demikianlah artikel ini mengenai awal mula konflik Israel dan Palestina. Semoga artikel ini dapat memberikan Anda wawasan baru tentang sejarah dan dinamika konflik ini.

Baca Juga: Mohammed Deif, Sosok Komandan Sayap Militer Hamas Yang Dijuluki Kucing Bernyawa 9, Orang Paling Dicari Israel

Artikel Terkait