Kembali Memanas, Begini Sejarah Dan Kronologi Konflik Israel Dan Palestina

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Konflik antara Palestina dan Israel terjadi sejak Perang Dunia II, terlebih ketika semakin banyaknya imigran Yahudi di Palestina.
Konflik antara Palestina dan Israel terjadi sejak Perang Dunia II, terlebih ketika semakin banyaknya imigran Yahudi di Palestina.

Konflik antara Palestina dan Israel terjadi sejak Perang Dunia II, terlebih ketika semakin banyaknya imigran Yahudi di Palestina.

Intisari-Online.com -Hubungan Palestina dan Israel kembali memanas.

Sabtu (7/10) pagi, kelompok militan Hamas melancarkan serangan dadakan ke sejumlah kota di Israel.

Menurut laporan Aljazeera, ratusan penduduk Islam tewas dalam serangan dadakan tersebut.

Tak butuh lama, Israel langsung merespon serangan tersebut.

Terkait konflik kedua negara yang berada di tepi Laut Tengah itu, ini sejarah dan kronologi konflik Israel dan Palestina.

Mengutip Kompas.com, konflik Israel dan Palestina sudah berjalan sejak lama, hal ini terjadi karena perebutan wilayah sebagai tempat tinggal mereka.

Konflik awal Palestina dan Israel terjadi seletah Perang Dunia I.

Ketika itu Inggris sebagai pemenang Perang Dunia I memberikan wilayah kekuasaan pada bangsa Yahudi melalui Deklarasi Balfour pada 1917.

Dengan perjanjian tersebut, Yahudi menganggap kawasan Palestina menjadi tanah airnya.

Di sisi lain, masyarakat Islam Palestina menganggap bahwa Inggris memaksakan pendirian negara Yahudi di kawasan Palestina.

Di mana hal tersebut bertentangan dengan keinginan masyarakat Palestina.

Imigrasi Yahudi ke Palestina

Puncak imigrasi bangsa Yahudi ke Palestina dikarenakan peristiwa Holocaust dalam Perang Dunia II.

Holocaust merupakan genosida terhadap kira-kira enam juta penganut Yaudi di Eropa yang dilakukan oleh Nazi Jerman.

Kekejaman Nazi Jerman pimpinan Hitler ini membuat semakin banyak warga Yahudi ingin meninggalkan Eropa ke Palestina.

Namun, imigrasi tersebut terhalang dengan kebijakan Inggris yang beberapa bulan sebelum perang dunia II menerbitkan White Paper 1939.

Dalam dokumen tersebut berisi, imigrasi Yahudi ke Palestina dibatasi hanya 75 ribu orang sampai tahun 1944.

Di mana hanya ada 10 ribu imigran per tahun atau 25 ribu orang jika terjadi kondisi darurat.

Kareena kebijakan kolonial serta anacaman pemusnahan massal tersebut, organisasi Yahudi melakukan imigrasi ilegal.

Percobaan tersebut ternyata berhasil digagalkan Inggris yang menempatkan delapan kapal perang untuk memblokade perairan sekitar Palestina.

Para imigran yang gagal masuk Palestina itu kemudian dibawa dan ditahan di kamp pengungsi di Siprus.

Beberapa ribu lainnya ditahan di Palestina dan Mauritius.

Situasi tersebut membangkitkan perlawanan kelompok bersenjata Yahudi di Palestina dengan menebar teror.

Aksi teror tersebut dilakukan kelompok sayap kanan Zionis, Irgun.

Kondisi yang semakin buruk tersebut mendorong beberapa negara mendesak Ingris untuk segera membuka jalur imigrasi Yahudi.

Pada 20 April 1946, Komite Gabungan Inggris-AS bentukan PBB merekomendasikan 100 ribu orang Yahudi untuk migrasi ke Palestina.

Hal tersebut ternyata ditolak oleh pemerintah Arab.

Merasa sudah tidak mampu mengatasi keadaan di Palestina, Inggris memberikan mandat pengelolaan Palestina kepada PBB pada 14 Mei 1948.

Tahun 1948 para pemimpin Yahudi mendeklarasikan terbentuknya negara Israel.

Perang Israel-Arab

Pada 14 Mei 1948, sehari sebelum Mandat Inggris atas Palestina berakhir, komunitas Yahudi di Palestina mendeklarasikan berdirinya negara Israel di depan 259 undangan di Museum Tel Aviv.

Setelah Deklarasi Kemerdekaan Israel 14 Mei 1948, hari sebelumnya pasukan ekspedisi Mesir, Transyordania, Suriah, dan Irak semuanya memasuki Palestina pada waktu yang bersamaan.

Setelah menguasai distrik-distrik Arab, pasukan penyerang melancarkan serangan terhadap pasukan Israel dan beberapa pemukiman Yahudi.

Pertempuran berlangsung selama sepuluh bulan, sebagian besar di wilayah Mandat Inggris, Semenanjung Sinai, dan Lebanon selatan, dengan berbagai periode gencatan senjata.

Perang ini terjadi disaat Inggris masih memerintah negara itu dan ketika pasukan militernya masih dikerahkan di berbagai wilayah.

Kesediaan dan kemampuan Inggris untuk campur tangan dalam perang semakin berkurang.

Pada paruh kedua, April 1948 mereka sudah jarang ikut campur kecuali untuk mengamankan rute penarikan mereka.

Hasil dari perang, Israel kini menguasai hampir 60 persen wilayah yang diusulkan oleh PBB untuk negara Yahudi, dan hampir 60 persen wilayah yang diusulkan untuk negara Arab.

Wilayah ini termasuk Jaffa, Lydda, dan Ramle, Galilea, beberapa bagian Negev, jalur lebar di sepanjang jalan Tel Aviv–Yerusalem, dan beberapa wilayah Tepi Barat.

Yerusalem Barat, yang seharusnya menjadi bagian dari zona internasional Yerusalem dan sekitarnya, juga diambil alih oleh Israel.

Militer Mesir mengambil alih Jalur Gaza, sementara tentara Yordania mengambil alih Yerusalem Timur dan sisa dari Mandat Inggris.

Kepemilikan wilayah Israel dan Palestina

Data kepemilikan tanah perusahaan besar Yahudi sampai 31 Desember 1945 perkilometer persegi, yaitu:

Peta perkembangan wilayah Israel dan menyusutnya Palestina

Dua dana utama Yahudi yaitu Dana Nasional Yahudi dan Asosiasi Kolonisasi Yahudi Palestina, menguasai lebih dari setengah tanah milik Yahudi pada akhir mandat Inggris.

Petani Yahudi telah bertani 425.450 dunam tanah pada akhir periode Mandat Inggris pada tahun 1948.

Sementara petani Palestina memiliki 5.484.700 dunam dalam budidaya.

Di mana dunam adalah satuan luas tanah yang digunakan di Kesultanan Utsmaniyah yang mewakili luas lahan yang dapat dibajak dalam satu hari.

Satu dunam ditetapkan setara dengan 1000 meter persegi.

Konflik perebutan wilayah dan perang masih terus terjadi sampai saat ini karena belum pernah tercapai kesepakatan damai antara kedua belah pihak.

Artikel Terkait