Peristiwa Berdirinya Negara Israel, Negara yang Terlahir dari Perang dan Terus Berperang

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Israel Negara yang bediri dari peperangan.
Israel Negara yang bediri dari peperangan.

Intisari-online.com -Israel adalah sebuah negara di Timur Tengah yang memiliki sejarah yang panjang dan rumit dengan masa-masa damai dan perang.

Negara ini didirikan pada tahun 1948 sebagai negara Yahudi, setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memutuskan untuk membagi wilayah Palestina menjadi dua bagian: satu untuk Yahudi dan satu untuk Arab.

Namun, keputusan ini ditolak oleh negara-negara Arab sekitar, yang menyerbu Israel segera setelah kemerdekaannya.

Perang ini disebut sebagai Perang Arab-Israel 1948-1949 atau Perang Kemerdekaan Israel, dan berakhir dengan kemenangan Israel yang berhasil mempertahankan wilayahnya dan bahkan mengambil sebagian wilayah Arab.

Sejak itu, Israel terlibat dalam berbagai perang dan operasi militer besar-besaran dengan negara-negara Arab dan kelompok-kelompok Palestina, yang berasal dari konflik Arab-Israel.

Beberapa perang penting yang terjadi antara lain:

1. Perang Suez (1956) – Serangan militer terhadap Mesir oleh Inggris, Prancis, dan Israel, dengan tujuan untuk mengendalikan Terusan Suez yang dinasionalisasi oleh Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser.

Meskipun invasi Israel ke Sinai sukses, Amerika Serikat dan Uni Soviet memaksa Israel untuk mundur.

2. Perang Enam Hari (1967) – Perang antara Israel dan negara-negara Arab Mesir, Yordania, dan Suriah.

Negara-negara Irak, Arab Saudi, Kuwait, Aljazair, dan lainnya juga ikut memberikan bantuan militer kepada pihak Arab.

Setelah perang ini, wilayah yang dikuasai oleh Israel bertambah luas: Tepi Barat (termasuk Yerusalem Timur) dari Yordania, Dataran Tinggi Golan dari Suriah, Sinai dan Gaza dari Mesir.

Baca Juga: Peristiwa Perang Enam Hari, Bagaimana Israel Mengubah Peta Timur Tengah dalam Waktu Singkat

3. Perang Yom Kippur (1973) – Serangan mendadak oleh Mesir dan Suriah terhadap Israel pada hari raya Yahudi Yom Kippur.

Perang ini merupakan upaya pembalasan atas kekalahan mereka dalam Perang Enam Hari.

Meskipun awalnya berhasil merebut kembali sebagian wilayah Sinai dan Golan, akhirnya mereka kalah oleh serangan balik Israel yang didukung oleh bantuan militer Amerika Serikat.

4.Intifadhah Pertama (1987-1993) – Pemberontakan rakyat Palestina di Tepi Barat dan Gaza melawan pendudukan Israel.

Intifadhah ini ditandai dengan aksi-aksi protes, mogok, boikot, pembakaran ban, lemparan batu, dan serangan-serangan bersenjata oleh kelompok-kelompok Palestina seperti Hamas dan Jihad Islam.

5. Intifadhah Kedua (2000-2005) – Pemberontakan rakyat Palestina yang lebih keras dan lebih berdarah daripada Intifadhah Pertama.

Intifadhah ini dipicu oleh kunjungan pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon ke kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, yang dianggap sebagai tempat suci oleh umat Islam dan Yahudi.

Intifadhah ini melibatkan aksi-aksi protes, penembakan, pengeboman bunuh diri, serangan roket, pembunuhan target, pengepungan kota-kota Palestina, pembangunan tembok pemisah Israel di Tepi Barat, dan operasi-operasi militer besar-besaran oleh Israel.

Selain perang-perang tersebut, Israel juga terlibat dalam konflik-konflik lain dengan negara-negara atau kelompok-kelompok seperti Lebanon, Hizbullah, Iran, Irak, Turki, Sudan, Somalia, dan lainnya.

Konflik-konflik ini meliputi serangan udara, sabotase, pembunuhan, perang siber, dan perang rahasia.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Israel adalah negara yang terlahir dari perang dan terus berperang.

Baca Juga: Pantas Warga Muslim Arab Ramai Daftar Jadi Tentara Israel, Ternyata Ini Pasukannya!

Negara ini selalu berada dalam kondisi siap dan waspada terhadap ancaman-ancaman dari luar maupun dalam.

Meskipun ada upaya-upaya perdamaian dan diplomasi yang dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk PBB, Amerika Serikat, Uni Eropa, Liga Arab, dan lainnya, konflik Arab-Israel dan Israel-Palestina masih belum menemukan jalan keluar yang adil dan permanen.

Kedua belah pihak masih bersikeras untuk mempertahankan hak-hak dan klaim-klaim mereka atas tanah, agama, dan identitas mereka.

Akankah ada perdamaian di Timur Tengah? Hanya waktu yang dapat menjawabnya.

Artikel Terkait