Menurut Mohammed Deif, pemimpin sayap militer Hamas, serangan terhadap Israel Sabtu kemarin adalah respon atas 16 tahun blokade Israel terhadap Gaza.
Intisari-Online.com - Serangan dadakan Hamas, yang dikenal sebagai Operasi Badai Al Aqsa, pada Sabtu (7/10) kemarin benar-benar membuat Israel muntab.
Israel kemudian membalas serangan itu dengan tak kalah galaknya.
Salah satu sosok yang disebut paling bertanggung jawab atas operasi tersebut adalah Mohammed Deif.
Dia adalah pemimpin sayap militer Hamas yang juga salah satu orang paling dicari oleh Israel.
Dilansir Indian Express, serangan itu adalah respon terhadap, "16 tahun blokade atas Gaza, pendudukan Israel, dan serangkaian insiden yang menaikkan tensi hubungan Palestina-Israel belakangan ini," kata Deif.
Di luar itu, tak banyak yang tahu siapa sosok yang dikenal sebagai "shadowy" alias "bayangan" itu.
Julukan itu muncul karena dia diangagp selalu selamat dari berbagai upaya pembunuhan yang dilakukan oleh Israel.
Karena itu pula dia dijuluki sebagai "kucing bernyawa sembilan".
Deif menjadi komandan sayap militer Hamas sejak Juli 2002.
Dan sejak itu pula dia berada di daftar teratas sosok paling dicari Israel selama bertahun-tahun.
Siapa Deif sebenarnya?
Menurut laporan Financial Times, darah perlawanan Deif ternyata diwariskan dari paman dan ayahnya.
Keduanya, sebut FT, pernah terlibat dalam serangan bersenjata tentara Palestina ke wilayah yang sama diserang oleh Hamas Sabtu kemarin pada 1950-an.
Hamas sendiri baru berdiri pada akhir 1980-an, seiring dengan munculnya gerakan Intifada pertama di Palestina.
Pusat gerakan kelompok militan ini berada di Tepi Barat dan Jalur Gaza--yang ditaklukkan Israel pada 1967 selama Perang Arab-Israel.
Saat gerakan intifada pertama itu, Deif masih berusia 20an tahun.
Ternyata Deif pernah dipenjara oleh otoritas Israel karena dianggap bertanggung jawa atas tewasnya puluhan orang akibat bom bunuh diri pada 1996.
Saat itu, lebih dari 50 warga sipil tewas.
Bom bunuh diri itu adalah respon dari Perjanjian Damai Oslo yang ditandatangani awal 1990an antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Perjanjian tersebut bertujuan untuk mewujudkan penentuan nasib sendiri bagi Palestina, dalam bentuk negara Palestina yang berdampingan dengan Israel.
Tapi Hamas menentang perjanjian itu dengan alasan bahwa dalam perang Arab-Israel 1948, Israel menguasai wilayah Palestina.
Perjanjian tersebut, menurut Hamas, secara efektif berarti hilangnya wilayah bagi Palestina.
“Deif disebut belajar di bawah bimbingan Yahya Ayyash, pembuat bom dengan julukan 'Insinyur' yang dibunuh Israel pada 1996 dengan ponsel yang berisi bahan peledak,” kata laporan FT. Deif kemudian tergabung dalam Brigade Qassam, sayap militer Hamas.
Menurut laporan BBC, meskipun baru menjabat sebagai komandan sayap militer Hamas di Gaza pada Juli 2002, Deif telah berada di urutan teratas daftar “paling dicari” Israel selama bertahun-tahun.
Tapi Deif selalu lolos dari upaya pembunuhan yang dilakukan oleh tentara Israel.
Pada tahun dia menjadi komandan Hamas, sebuah helikopter Israel menembakkan rudal ke sebuah mobil dekat Kota Gaza yang menewaskan dua anggota Hamas.
Sedikitnya 40 orang lainnya, termasuk 15 anak-anak, terluka dalam serangan tersebut.
Tak hanya Israel, Amerika Serikat juga memburunya.
Tak tanggung-tanggung, Departemen Luar Negeri AS bahkan telah melabelinya sebagai teroris.
“Selama konflik tahun 2014 antara Israel dan Hamas, Deif adalah dalang strategi ofensif Hamas,” menurut keterangan Deplu AS.
Pada 2014, Israel mengonfirmasi bahwa mereka mencoba membunuh Deif dengan menyerang sebuah rumah yang diyakini telah menewaskan istri dan putra Deif yang berusia 7 tahun.
Ketika itu, The New York Times mengutip Ronen Bergman, jurnalis Israel spesialis urusan keamanan.
Dia bilang, "Deif adalah satu-satunya tokoh militer utama di Hamas yang bertahan begitu lama."
Bergman menambahkan: "Fakta bahwa dia mampu lolos dari berbagai upaya pembunuhan dan pulih dari cedera parah telah membangun citra dan prestisenya sebagai legenda antipeluru."
Selama tahun 2000-an, Deif selamat dari empat upaya pembunuhan oleh Israel walau harus menderita luka-luka parah.
Termasuk kehilangan salah satu mata dan beberapa bagian tubuhnya, menurut laporan dari Israel.
Mantan kepala dinas intelijen IDF mengungkapkan parahnya luka-luka yang dialami Deif setelah serangan udara Israel atas rumah seorang anggota Hamas pada 2006.
"Banyak yang mengira dia tidak akan bisa lagi berfungsi sebagai pemimpin dan perencana militer," kata pensiunan jenderal Israel itu kepada BBC.
"Tapi dia bisa pulih semampunya. Walau hilang satu mata, ya sudah hilang saja."
Selamatnya Deif dari beberapa kali upaya pembunuhan Israel itulah yang membuat dia berjuluk "kucing dengan sembilan nyawa" di kalangan musuh-musuhnya.
Upaya pembunuhan kelima atas Deif terjadi saat operasi militer Israel di Gaza pada 2014.
Seperti disebut di atas, meski berhasil lolos dari maut, serangkaian serangan itu disebut telah membuat Deif harus menghabiskan hari-harinya di atas kursi roda.
Dia kehilangan satu kakinya, sementara sumber lain menyebut dia juga telah kehilangan satu matanya.
Masih menurut Financial Times, mengutip para pejabat Israel, Deif juga telah menargetkan sasaran-sasaran berdampak besar di Israel.
Seperti pemukiman dan tentara di wilayah pendudukan, bus-bus di Jerusalem dan Tel Aviv.
"Di Hamas, kata pejabat itu, Deif adalah lawan yang rumit ...," tulis FT.