Halmahera memiliki bentuk geografis yang menyerupai bintang laut dengan empat semenanjung utama dan dua semenanjung kecil.
Baca Juga: Nikel Indonesia vs Uni Eropa, Siapa yang Akan Menang di WTO?
Halmahera memiliki dua kabupaten kota, yaitu Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan, serta empat kabupaten lainnya, yaitu Halmahera Utara, Halmahera Tengah, Halmahera Selatan, dan Halmahera Barat.
Halmahera juga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, baik darat maupun laut.
Nikel di Halmahera pertama kali ditemukan pada tahun 1969 oleh PT Aneka Tambang (ANTAM) di daerah Gebe.
Pada tahun 1978, ANTAM mulai melakukan penambangan nikel di Gebe dengan menggunakan metode tambang terbuka.
Pada tahun 1998, ANTAM membangun pabrik peleburan feronikel di Tanjung Buli, Halmahera Utara, dengan kapasitas produksi 13.000 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun.
Pada tahun 2014, ANTAM juga membangun pabrik pengolahan bijih nikel (HPAL) di Tanjung Buli dengan kapasitas produksi 13.500 ton nikel dalam matte (TNi) per tahun.
Saat ini, Halmahera menjadi salah satu daerah penghasil nikel terbesar di Indonesia dengan beberapa perusahaan tambang yang beroperasi di sana.
Selain ANTAM, ada juga PT Weda Bay Nickel (WBN) yang merupakan perusahaan patungan antara Eramet Group dan Tsingshan Group yang memiliki pabrik HPAL di Weda, Halmahera Tengah.
Ada juga PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) yang merupakan kawasan industri terpadu yang berlokasi di sekitar pabrik WBN dan menampung beberapa perusahaan pengolahan nikel lainnya.
Selain itu, ada juga beberapa perusahaan tambang nikel lainnya yang tersebar di berbagai daerah di Halmahera.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR