Sulawesi dan Halmahera, Dua Pulau Penghasil Nikel Terbesar di Indonesia

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Pabrik pengolahan nikel milik PT Vale di Sorowako, Luwu Timur, Sulawedi Selatan, Sabtu (14/9).  Kompas/Lasti Kurnia *** Local Caption *** Pabrik pengolahan nikel milik PT Vale di Sorowako, Luwu Timur, Sabtu (14/9).  Kompas/Lasti Kurnia (LKS) 14-09-2013  Ekspedisi Kota dan Jejak Peradaban
Pabrik pengolahan nikel milik PT Vale di Sorowako, Luwu Timur, Sulawedi Selatan, Sabtu (14/9). Kompas/Lasti Kurnia *** Local Caption *** Pabrik pengolahan nikel milik PT Vale di Sorowako, Luwu Timur, Sabtu (14/9). Kompas/Lasti Kurnia (LKS) 14-09-2013 Ekspedisi Kota dan Jejak Peradaban

Intisari-online.com - Nikel adalah salah satu logam yang memiliki banyak manfaat bagi berbagai sektor industri, seperti otomotif, elektronik, baterai, dan baja.

Nikel juga merupakan komponen utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik, yang merupakan teknologi masa depan yang ramah lingkungan.

Indonesia adalah negara yang memiliki cadangan dan produksi nikel terbesar di dunia, dengan sekitar 52% dari total cadangan nikel dunia.

Sebagian besar cadangan nikel Indonesia berada di dua pulau besar, yaitu Sulawesi dan Halmahera.

Berikut adalah ulasan singkat tentang dua pulau penghasil nikel terbesar di Indonesia.

Sulawesi

Sulawesi adalah pulau terbesar keempat di Indonesia, dengan luas wilayah sekitar 174.600 km2.

Sulawesi memiliki bentuk geografis yang unik, yaitu menyerupai huruf K dengan empat semenanjung yang menjorok ke arah berbeda.

Sulawesi memiliki enam provinsi, yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Gorontalo.

Sulawesi juga memiliki kekayaan alam yang luar biasa, baik flora, fauna, maupun mineral.

Nikel pertama kali ditemukan di Sulawesi pada tahun 1917 oleh Jawatan Pertambangan Hindia Belanda.

Pada tahun 1935, perusahaan pertambangan Belanda bernama Nederlandsche Mijn Maatschappij (NMM) berhasil membangun pabrik peleburan nikel pertama di Indonesia di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.

Baca Juga: Mengenal Nikel, Logam yang Sudah Ada Sejak Zaman Hindia Belanda

Pada tahun 1968, perusahaan pertambangan nikel terbesar di Indonesia saat ini, PT Vale Indonesia (dulu bernama PT International Nickel Indonesia), didirikan dengan mendapatkan kontrak karya dari pemerintah Indonesia untuk melakukan penambangan dan pengolahan bijih nikel di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Saat ini, Sulawesi menjadi pusat produksi nikel di Indonesia dengan beberapa perusahaan tambang besar yang beroperasi di sana.

Selain PT Vale Indonesia, ada juga PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) yang memiliki pabrik peleburan feronikel di Pomalaa dan pabrik pengolahan bijih nikel (HPAL) di Tanjung Buli, Halmahera Utara.

Ada juga PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) yang memiliki pabrik peleburan feronikel di Wolo, Kolaka Timur.

Selain itu, ada juga beberapa perusahaan tambang nikel lainnya yang tersebar di berbagai daerah di Sulawesi.

Menurut data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), total neraca sumber daya bijih nikel di Sulawesi mencapai 9.918 juta ton dengan total sumber daya logam nikel sebesar 153 juta ton.

Sebagian besar cadangan nikel di Sulawesi berada di Sulawesi Tengah dengan 4.500 juta ton bijih nikel dan 69 juta ton logam nikel.

Diikuti oleh Sulawesi Selatan dengan 2.900 juta ton bijih nikel dan 44 juta ton logam nikel.

Kemudian Sulawesi Tenggara dengan 1.800 juta ton bijih nikel dan 28 juta ton logam nikel.

Halmahera

Halmahera adalah pulau terbesar di Maluku Utara dan pulau terbesar kedua di Indonesia Timur setelah Papua, dengan luas wilayah sekitar 17.780 km2.

Halmahera memiliki bentuk geografis yang menyerupai bintang laut dengan empat semenanjung utama dan dua semenanjung kecil.

Baca Juga: Nikel Indonesia vs Uni Eropa, Siapa yang Akan Menang di WTO?

Halmahera memiliki dua kabupaten kota, yaitu Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan, serta empat kabupaten lainnya, yaitu Halmahera Utara, Halmahera Tengah, Halmahera Selatan, dan Halmahera Barat.

Halmahera juga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, baik darat maupun laut.

Nikel di Halmahera pertama kali ditemukan pada tahun 1969 oleh PT Aneka Tambang (ANTAM) di daerah Gebe.

Pada tahun 1978, ANTAM mulai melakukan penambangan nikel di Gebe dengan menggunakan metode tambang terbuka.

Pada tahun 1998, ANTAM membangun pabrik peleburan feronikel di Tanjung Buli, Halmahera Utara, dengan kapasitas produksi 13.000 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun.

Pada tahun 2014, ANTAM juga membangun pabrik pengolahan bijih nikel (HPAL) di Tanjung Buli dengan kapasitas produksi 13.500 ton nikel dalam matte (TNi) per tahun.

Saat ini, Halmahera menjadi salah satu daerah penghasil nikel terbesar di Indonesia dengan beberapa perusahaan tambang yang beroperasi di sana.

Selain ANTAM, ada juga PT Weda Bay Nickel (WBN) yang merupakan perusahaan patungan antara Eramet Group dan Tsingshan Group yang memiliki pabrik HPAL di Weda, Halmahera Tengah.

Ada juga PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) yang merupakan kawasan industri terpadu yang berlokasi di sekitar pabrik WBN dan menampung beberapa perusahaan pengolahan nikel lainnya.

Selain itu, ada juga beberapa perusahaan tambang nikel lainnya yang tersebar di berbagai daerah di Halmahera.

Menurut data Badan Geologi Kementerian ESDM, total neraca sumber daya bijih nikel di Halmahera mencapai 1.962 juta ton dengan total sumber daya logam nikel sebesar 21 juta ton.

Sebagian besar cadangan nikel di Halmahera berada di Halmahera Utara dengan 1.200 juta ton bijih nikel dan 13 juta ton logam nikel.

Diikuti oleh Halmahera Tengah dengan 600 juta ton bijih nikel dan 6 juta ton logam nikel.

Kemudian Halmahera Selatan dengan 162 juta ton bijih nikel dan 2 juta ton logam nikel.

Sulawesi dan Halmahera adalah dua pulau penghasil nikel terbesar di Indonesia yang memiliki cadangan dan produksi nikel yang sangat besar.

Kedua pulau ini memiliki sejarah panjang dalam penemuan, penambangan, dan pengolahan nikel sejak zaman Hindia Belanda hingga saat ini.

Kedua pulau ini juga memiliki beberapa perusahaan tambang nikel besar yang beroperasi di sana, baik milik pemerintah maupun swasta.

Nikel menjadi salah satu komoditas strategis bagi Indonesia yang memiliki potensi besar untuk mendukung pembangunan industri nasional, khususnya industri baterai kendaraan listrik.

Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya nikel harus dilakukan dengan bijak dan berkelanjutan agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.

Artikel Terkait