Kerajaan Bali memberikan bantuan militer dan politik kepada Blambangan, bahkan sempat menguasai wilayahnya pada masa pemerintahan Ratu Dewi Sekardadu.
Ketiga, kerajaan ini memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti emas, perak, tembaga, timah, besi, gading, lada, cengkih, kayu manis, dan lain-lain.
Keempat, kerajaan ini memiliki budaya dan tradisi yang kuat dan unik, seperti seni pertunjukan wayang kulit purwa, seni bela diri pencak silat, seni musik gamelan, dan seni ukir kayu.
Kerajaan Blambangan akhirnya runtuh pada tahun 1772 Masehi, setelah menyerah kepada VOC.
Penyebab kejatuhan kerajaan ini adalah adanya pemberontakan dalam negeri yang dipimpin oleh Raden Mas Said, seorang pangeran Mataram yang berontak terhadap VOC dan mencari perlindungan di Blambangan.
Pemberontakan ini melemahkan pertahanan kerajaan Blambangan dan membuatnya mudah diserang oleh VOC.
Selain itu, adanya persaingan antara raja-raja Blambangan sendiri juga memperparah kondisi kerajaan ini.
Akibatnya, kerajaan Blambangan harus menandatangani perjanjian damai dengan VOC pada tahun 1772 Masehi, yang mengakhiri eksistensi kerajaan Hindu terakhir di Jawa.
Meskipun sudah tidak ada lagi sebagai sebuah kerajaan, jejak-jejak kerajaan Blambangan masih bisa ditemukan hingga sekarang.
Beberapa peninggalan bersejarah dari kerajaan ini antara lain adalah Candi Jawi, Candi Palah, Candi Songgon, Candi Gentong, Candi Sumberawan, Benteng Blambangan, Makam Ratu Dewi Sekardadu, Makam Raden Mas Said, dan Museum Blambangan.
Selain itu, beberapa tradisi dan budaya dari kerajaan ini juga masih dilestarikan oleh masyarakat Banyuwangi, seperti upacara Grebeg Suro, Festival Gandrung Sewu, Festival Banyuwangi Ethno Carnival, Festival Jazz Ijen, dan Festival Banyuwangi Beach Jazz.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR