Intisari-online.com - Blambangan adalah salah satu kerajaan Hindu yang pernah berdiri di ujung timur pulau Jawa, tepatnya di wilayah Banyuwangi sekarang.
Kerajaan ini didirikan oleh raja Aji Saka pada abad ke-12 Masehi, yang merupakan keturunan dari raja Kalingga.
Kerajaan Blambangan memiliki hubungan erat dengan kerajaan Majapahit, yang merupakan kerajaan Hindu terbesar di Nusantara pada masa itu.
Kerajaan Blambangan memiliki keunikan tersendiri dalam sejarah Nusantara.
Kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu terakhir di Jawa yang bertahan dari serangan Mataram dan VOC.
Mataram adalah kerajaan Islam yang menggantikan Majapahit sebagai kekuatan utama di Jawa pada abad ke-16 Masehi.
VOC adalah singkatan dari Vereenigde Oostindische Compagnie, atau Perusahaan Hindia Timur Belanda, yang merupakan perusahaan dagang dan kolonial Belanda yang beroperasi di Asia pada abad ke-17 hingga ke-19 Masehi.
Kerajaan Blambangan berhasil mempertahankan kemerdekaannya dari Mataram dan VOC karena beberapa faktor.
Pertama, kerajaan ini memiliki letak geografis yang strategis, yaitu di antara dua gunung berapi, yaitu Gunung Raung dan Gunung Ijen.
Kedua gunung ini membentuk benteng alami yang sulit ditembus oleh musuh.
Kedua, kerajaan ini memiliki hubungan baik dengan kerajaan Bali, yang juga merupakan kerajaan Hindu yang tetap setia kepada ajaran leluhurnya.
Baca Juga: Jejak-jejak Peninggalan Kerajaan Pajajaran yang Masih Bisa Dikunjungi Hingga Kini:
Kerajaan Bali memberikan bantuan militer dan politik kepada Blambangan, bahkan sempat menguasai wilayahnya pada masa pemerintahan Ratu Dewi Sekardadu.
Ketiga, kerajaan ini memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti emas, perak, tembaga, timah, besi, gading, lada, cengkih, kayu manis, dan lain-lain.
Keempat, kerajaan ini memiliki budaya dan tradisi yang kuat dan unik, seperti seni pertunjukan wayang kulit purwa, seni bela diri pencak silat, seni musik gamelan, dan seni ukir kayu.
Kerajaan Blambangan akhirnya runtuh pada tahun 1772 Masehi, setelah menyerah kepada VOC.
Penyebab kejatuhan kerajaan ini adalah adanya pemberontakan dalam negeri yang dipimpin oleh Raden Mas Said, seorang pangeran Mataram yang berontak terhadap VOC dan mencari perlindungan di Blambangan.
Pemberontakan ini melemahkan pertahanan kerajaan Blambangan dan membuatnya mudah diserang oleh VOC.
Selain itu, adanya persaingan antara raja-raja Blambangan sendiri juga memperparah kondisi kerajaan ini.
Akibatnya, kerajaan Blambangan harus menandatangani perjanjian damai dengan VOC pada tahun 1772 Masehi, yang mengakhiri eksistensi kerajaan Hindu terakhir di Jawa.
Meskipun sudah tidak ada lagi sebagai sebuah kerajaan, jejak-jejak kerajaan Blambangan masih bisa ditemukan hingga sekarang.
Beberapa peninggalan bersejarah dari kerajaan ini antara lain adalah Candi Jawi, Candi Palah, Candi Songgon, Candi Gentong, Candi Sumberawan, Benteng Blambangan, Makam Ratu Dewi Sekardadu, Makam Raden Mas Said, dan Museum Blambangan.
Selain itu, beberapa tradisi dan budaya dari kerajaan ini juga masih dilestarikan oleh masyarakat Banyuwangi, seperti upacara Grebeg Suro, Festival Gandrung Sewu, Festival Banyuwangi Ethno Carnival, Festival Jazz Ijen, dan Festival Banyuwangi Beach Jazz.
Kerajaan Blambangan adalah salah satu kerajaan yang patut dibanggakan oleh bangsa Indonesia.
Kerajaan ini menunjukkan semangat perjuangan dan keberanian dalam menghadapi musuh yang lebih kuat dan lebih banyak.
Kerajaan ini juga menunjukkan kekayaan dan keindahan budaya dan alam yang dimiliki oleh Indonesia.
Kerajaan ini adalah bukti bahwa Indonesia adalah negeri yang beragam dan bersatu.
Kerajaan ini adalah warisan yang harus dihormati dan dilestarikan oleh generasi penerus.
Kerajaan ini adalah Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di Jawa yang bertahan dari serangan Mataram dan VOC.