Pada 9 Agustus 1634, Raja Gowa XIV (I Mangerangi Daeng Manrabbia atau Sultan Alauddin) menambahkan tembok dengan batu padas hitam yang berasal dari daerah Gowa, batu karang, dan bata dengan menggunakan kapur dan pasir sebagai perekat. Pada tahun berikutnya, dibangun lagi tembok kedua di dekat pintu gerbang.
Pada 1655 hingga 1669, Benteng Jumpandang mengalami kerusakan akibat serangan VOC yang dipimpin oleh Admiral Cornelis Janszoon Speelman. Saat itu Kerajaan Gowa di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin.
Kerajaan Gowa kalah dalam perang ini dan terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667 yang mengharuskan mereka menyerahkan Benteng Jumpandang kepada VOC.
Nama Benteng Jumpandang kemudian diubah menjadi Fort Rotterdam, sesuai dengan kota asal Speelman di Belanda. Gubernur Jendral Speelman kemudian memperbaiki benteng yang rusak sebagian dengan gaya arsitektur Belanda.
Pada 1970, Benteng Rotterdam direnovasi oleh Pemerintah Indonesia dan digunakan sebagai perkantoran. Salah satu gedung di dalam kompleks benteng dijadikan Museum Provinsi Sulawesi Selatan yang bernama La Galigo.
Pada 27 April 1977, kantor Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Wilayah IV ditempatkan di benteng ini. Berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Nomor PM.59/PW.007/MKP/2010, Benteng Rotterdam ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya pada tanggal 22 Juni 2010.
5. Benteng Somba Opu
Benteng Somba Opu juga merupakan peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Benteng Somba Opu terletak di Jalan Daeng Tata, Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Benteng ini merupakan bandar perdagangan yang ramai dikunjungi oleh bangsa-bangsa Asia dan Eropa pada masa kejayaan kerajaan Gowa-Tallo. Namun pada 1669, benteng ini berhasil direbut VOC dan dihancurkan.
Bentuk asli benteng ini hilang selama ratusan tahun karena terendam air laut. Para ahli pada 1980-an menemukan kembali benteng ini. Lalu pada 1990-an direkonstruksi. Saat ini benteng ini terus direnovasi untuk mengembalikan ke bentuk semula, sekaligus menjadi museum kejayaan Kerajaan Gowa-Tallo.
6. Istana Balla Lompoa
Istana Balla Lompoa adalah peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo lainnya. Menurut Kompas.com (28/4), Istana Balla Lompoa adalah rumah Sultan Gowa yang juga menjadi pusat pemerintahan kerajaan.
Istana Balla Lompoa dibangun oleh Raja I Mengimingi Daeng Matutu pada 1936. Lokasi Istana Balla Lompoa saat ini adalah Jalan Sultan Hasanuddin No 48, Kota Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Itulah 6 peninggalan Kerajaan Makassar yang masih ada hingga sekarang. Semoga artikel ini dapat memberikan Anda informasi dan inspirasi untuk mengenal lebih jauh tentang peninggalan Kerajaan Makassar.
Baca Juga: Peristiwa Pemakaman Pangeran Diponegoro Dikebumikan di Makassar dengan Upacara Adat Jawa
KOMENTAR