Bagus Burhan kemudian menikah dengan Raden Ayu Gombak dan ikut mertuanya, Adipati Cakradiningrat, di Kediri.
Di sana ia merasa jenuh dan memutuskan untuk berkelana ditemani oleh Ki Tanujoyo.
Konon, ia berkelana sampai ke Pulau Bali untuk mempelajari naskah-naskah sastra Hindu koleksi Ki Ajar Sidalaku.
Setelah ayahnya meninggal di penjara Belanda tahun 1830, Bagus Burhan diangkat sebagai Panewu Carik Kadipaten Anom dengan gelar Raden Ngabehi Rangga Warsita.
Lalu, setelah kematian Yasadipura II, ia diangkat sebagai pujangga Kasunanan Surakarta oleh Pakubuwana VII pada tanggal 14 September 1845.
Sebagai pujangga, Ronggowarsito melahirkan banyak karya sastra yang menggambarkan keadaan sosial, politik, dan budaya masyarakat Jawa pada masa itu.
Beberapa karya sastranya yang terkenal adalah Serat Kalatidha, Serat Sabdajati, Serat Jaka Lodang, Serat Wulangreh, dan Serat Centhini.
Baca Juga: Misteri Ramalan Ronggowarsito tentang Sosok Prabowo sebagai Pemimpin Indonesia 2024
Ronggowarsito juga dikenal sebagai peramal ulung yang memiliki berbagai ilmu kesaktian.
Dalam naskah babad, ia dikisahkan mampu memahami bahasa binatang.
Ia juga dapat meramalkan masa depan dengan menggunakan candrasengkala, yaitu sistem penanggalan yang menggunakan angka-angka yang diwakili oleh kata-kata.
Ronggowarsito meninggal secara misterius pada tanggal 24 Desember 1873 dalam usia 71 tahun.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR