Ia juga bertemu dengan Tan Malaka, tokoh komunis Indonesia yang berpengaruh, dan menjadi muridnya.
Pada tahun 1923, Alimin kembali ke Indonesia dan bergabung dengan PKI.
Kemudian menjadi salah satu pemimpin PKI yang paling radikal dan militan.
Ia menentang kerjasama dengan partai-partai nasionalis lainnya, seperti Sarekat Islam (SI) dan Partai Nasional Indonesia (PNI), yang ia anggap terlalu moderat dan reformis.
Juga menentang kooperasi dengan pemerintah kolonial Belanda, yang ia anggap sebagai musuh utama rakyat Indonesia.
Alimin mendukung gagasan untuk melakukan pemberontakan bersenjata terhadap Belanda dengan mengandalkan kekuatan buruh dan tani.
Dia percaya bahwa Indonesia sudah matang untuk revolusi sosialis, meskipun kondisi ekonomi, politik, dan sosial belum mendukung.
Juga percaya bahwa Uni Soviet akan memberikan bantuan militer dan finansial kepada PKI jika pemberontakan berhasil.
Alimin ditunjuk sebagai pemimpin wilayah Jakarta untuk pemberontakan PKI 1926.
Lalu bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengkoordinasikan aksi-aksi militer di wilayah tersebut.
Juga berkomunikasi dengan pemimpin-pemimpin PKI lainnya, seperti Musso, Semaun, Darsono, dan Amir Sjarifuddin.
Baca Juga: Mengungkap Peristiwa Perseteruan Masyumi dengan PKI, Hingga Dampaknya bagi Pemilu 1955
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR