Kondisi ini juga mendorong perkawinan antara para saudagar muslim dengan penduduk setempat, yang akhirnya membuat Perlak menjadi pusat penyebaran Islam di nusantara.
Kerajaan Perlak kemudian mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II (1230-1267 M).
Di bawah kekuasaannya, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat, terutama dalam bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah.
Ketika masih berkuasa, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II mengawinkan putrinya, Putri Ganggang Sari dengan raja Kerajaan Samudera Pasai, Malik Al-Saleh.
Kesultanan Perlak berakhir setelah rajanya yang ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat wafat pada 1292 M.
Sejak saat itu, Kerajaan Perlak bersatu dengan Kerajaan Samudera Pasai.
Terkait keberadaan Kerajaan Perlak, ada beberapa naskah menjadi buktinya:
- Idharatul Haq fi Mamlakatil Ferlah wal Fasi karangan Abu Ishak Makarani Al Fasy.
- Kitab Tazkirah Thabakat Jumu Sultan as Salathin karangan Syekh Syamsul Bahri Abdullah As Asyi.
- Silsilah Raja-raja Perlak dan Pasai catatan dari Saiyid Abdulla Ibn Saiyid Habib Saifuddin.
Ketiga naskah tersebut mencatat bahwa kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Perlak.
Sementara itu, berikut adalah peninggalan Kerajaan Perlak sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia:
1. Mata uang Perlak
Mata uang Kerajaan Perlak adalah yang tertua di Nusantara.
Mata uang Perlak terdiri dari tiga jenis yaitu emas (dirham), perak (kupang) dan tembaga atau kuningan.
2. Stempel kerajaan
Stempel Kerajaan Perlak bertuliskan huruf Arab dengan kalimat Al Wasiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara Sanah 512 yang artinya adalah Kerajaan Perlak.
3. Makam Raja Benoa
Makam Raja Benoa terletak di tepi Sungai Trenggulon dan pada batu nisannya ada tulisan huruf Arab. Nisan tersebut dibuat sekitar abad ke-4 H atau 11 M.
Sementara Benoa adalah negara bagian dari Kerajaan Perlak.
Itulah beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang Kerajaan Perlak yang disebut sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR