Menurut keterangan Abiyoso, para penyerbu itu ada yang menginjak-injak, merobek, dan membanting Al-quran.
Para peserta itu kemudian diarak sejauh 7 km menuju kantor polisi Sektor Kras sekitar pukul 07.00 WIB.
Peristiwa penyerbuan itu langsung menyebar dengan cepat, hingga sampai ke telinga Gus Maksum Jauhai, putra KH Jauhari, pengasuh pesantren yang ikut diseret pemuda komunis.
Dia lalu mengomandi Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kediri.
Sembilan hari kemudian, delapan truk rombongan Banser merangsek menuju Kanigoro.
Tapi polisi segera mengambil langkah-langkah pencegahan, di antaranya adalah menangkap Suryadi dan Harmono, pemuda komunis yang dianggap menjadi dalang penyerbuan tersebut.
Seolah tak terima, hampir sebulan kemudian, sekitar tanggal 1 Februari 1965, ratusan anggota PII mengadakan rapat untuk menyikapi peristiwa Kanigoro.
Keputusannya, mereka akan menyerbu kantor PKI yang menjadi induk dari PR dan BTI.
Dampaknya, Anis Abiyoso pun menjadi buronan polisi setempat.
Hingga pada 12 Februari 1965, Anis menyerahkan diri di Malang, dan polisi menganggap kasus tersebut selesai.
Selesai bagi polisi, tapi Peristiwa Kanigoro akan selalu tersimpan dalam hati dan pikiran para aktivis Islam, PII.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR