Nama Indonesia juga mendapat dukungan dari Adolf Bastian, seorang ilmuwan Jerman yang dikenal sebagai bapak antropologi modern.
Bastian menulis lima jilid buku tentang hasil penelitiannya di wilayah ini dengan judul Indonesien; Oder Die Inseln Des Malayischen Archipel yang terbit pada tahun 1884.
Bastian membagi wilayah Indonesia dalam zona etnis dan antropologi.
Nama Indonesia mulai digunakan oleh para aktivis pergerakan nasional pada awal abad ke-20 sebagai identitas politik dan kebangsaan.
Salah satu tokoh yang berperan penting dalam hal ini adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), seorang jurnalis dan pendidik asal Yogyakarta.
Suwardi menggunakan nama Indonesia dalam surat terbuka yang ditujukan kepada pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1913 sebagai bentuk protes terhadap diskriminasi rasial.
Surat tersebut berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Andaikata Saya Menjadi Orang Belanda).
Nama Indonesia juga dipakai oleh Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi), seorang Indo-Eropa yang menjadi pemimpin Partai Hindia (Indische Partij), partai politik pertama yang menuntut kemerdekaan Indonesia dari Belanda.
Dekker menggunakan nama Indonesia dalam pidatonya di Bandung pada tahun 1913 sebagai simbol persatuan seluruh rakyat di kepulauan ini.
Nama Indonesia akhirnya resmi menjadi nama negara kita setelah Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Nama ini dipilih oleh para pendiri bangsa sebagai penghargaan terhadap perjuangan dan cita-cita para pejuang kemerdekaan sebelumnya.
Nama ini juga mencerminkan keberagaman dan kekayaan budaya yang ada di tanah air kita.
Demikianlah artikel tentang sejarah nama Indonesia yang berawal dari penelitian asing.
Semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan kecintaan kita terhadap nama bangsa dan negara kita.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR