Ia melanjutkan ke Algemeene Middelbare School (AMS; sekolah menengah atas) Westers Klasiek Yogyakarta dan tamat pada tahun 1937.
Ia juga belajar ilmu hukum di Rechts Hoge School Batavia (sekarang Universitas Indonesia) pada tahun 1940.
Pada tahun 1942, Hoegeng mengikuti latihan kemiliteran Nippon dan tamat pada tahun 1943.
Ia kemudian ditugaskan sebagai wakil kepala polisi seksi II Jomblang Semarang pada tahun 1944, kepala polisi Jomblang pada tahun 1945, dan komandan polisi tentara laut Jawa Tengah pada tahun 1945-1946.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Hoegeng mengikuti pendidikan Polisi Akademi dan bekerja di bagian Purel, Jawatan Kepolisian Negara.
Pada tahun 1950, ia mengikuti kursus orientasi di Provost Marshal General School pada Military Police School Port Gordon, Georgia, Amerika Serikat.
Ia kemudian ditunjuk sebagai kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya pada tahun 1952, dan kepala bagian reserse kriminal Kantor Polisi Sumatra Utara di Medan pada tahun 1956.
Di Medan, Hoegeng membongkar praktik suap menyuap di kalangan polisi dan jaksa yang menjadi antek bandar judi dan penyelundup.
Berbeda dengan polisi lainnya, Hoegeng tidak mempan disuap.
Barang-barang mewah pemberian bandar judi dilemparnya keluar jendela.
Baginya, lebih baik hidup melarat daripada menerima suap atau korupsi.
Baca Juga: Sosok Ranggalawe, Pahlawan Tuban yang Berontak Melawan Majapahit
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR