Ia mengurus Koran Java Bode (Utusan Jawa), surat kabar yang terbit di Batavia.
Dengan ketampanan, uang, dan akses sebagai wartawan, Berrety menjadi sosialita kala itu.
Namun di sisi lain hidupnya penuh sorotan publik dan selalu menjadi sasaran gosip empuk.
Tingkah polah Berrety makin jadi sorotan dengan menikah berkali-kali, namun tetap memacari perempuan-perempuan, bahkan beberapa di antaranya sampai hamil.
Kabar paling tragis adalah ketika salah seorang putrinya mati gantung diri di pohon di halaman Villa Isola.
Sosok Berrety mulai jadi perhatian pemerintah setelah ia memacari putri dari Gubernur Jenderal, B.C de Jonge.
Pertemuan Berrety dengan putri de Jonge terjadi saat pesta malam Natal tahun 1934.
Pasalnya, pada saat bersamaan, Berrety disinyalir mendapat kontrak spionase dengan Jepang yang kala itu sedang mempersiapkan invasi ke Asia Tenggara.
Ada kabar menyebut, kontrak spionase dengan Jepang ini nilainya mencapai 500 ribu gulden. Hmmm, apakah Kawan Intisari jadi teringat biaya pembangunan Villa Isola?
Banyak spekulasi menduga, Berrety bukan sekadar memacari putri Gubernur Jenderal. Ia juga banyak menyerap informasi saat sedang berdua di ranjang.
Bukan cuma mengelola koran, Berrety juga membuka perusahaan telekomunikasi telegraf sendiri.
Dengan modal pinjaman, pada 1917, ia mendirikan ANETA (Algemeen Nieuws En Telegraaf Agenschap).
Penulis | : | Tjahjo Widyasmoro |
Editor | : | Tjahjo Widyasmoro |
KOMENTAR