Perpecahan karena Ideologi
Persahabatan Soekarno dan Kartosoewirjo mulai retak ketika keduanya memiliki pandangan yang berbeda tentang ideologi perjuangan.
Soekarno memilih nasionalisme sebagai landasan gerakannya, sementara Kartosoewirjo memilih Islam sebagai dasar perjuangannya.
Perbedaan ini semakin tajam ketika Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1927, yang bercorak sekuler dan anti-feodal.
Kartosoewirjo tidak setuju dengan arah PNI yang dianggapnya menyimpang dari cita-cita Sarekat Islam.
Ia pun tetap setia kepada Tjokroaminoto dan terus memperjuangkan Islam sebagai ideologi tunggal bagi bangsa Indonesia.
Bahkan menjadi salah satu pendiri Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) pada tahun 1929, yang merupakan pecahan dari Sarekat Islam.
Pertentangan di Masa Revolusi
Ketika Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Kartosoewirjo tidak ikut serta dalam peristiwa bersejarah itu.
Ia malah menolak untuk mengakui kedaulatan Republik Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno.
Lalu menganggap bahwa Republik Indonesia adalah negara sekuler yang tidak sesuai dengan syariat Islam.
Baca Juga: Tips Sukses Menjadi Sang Pemimpin dari 4 Weton dengan Pasaran Pon, Ini Rahasianya
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR