Intisari-online.com - Sebuah kabar viral di Internet, seorang balita di Samarinda diberikan minuman yang mengandung sabu.
Hal itu berawal ketika balita dan ibu tersebut berkunjung ke rumah wanita berinisial ST.
Kemudian, ST (51) memberikan minuman pada balita tersebut lantaran sang anak merasa kehausan.
Usai kejadian itu, sang anak jadi lebih aktif bahkan tidak bisa tidur pada malam hari.
Sang ibu yang cemas kemudian menanyakannya pada ST namun tidak mendapat jawaban, bahkan ia sempat curhat di Facebook.
Kemudian curhatannya direspon olehTim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kaltim.
Setelah menjalani tes, urin sang anak posotif mengandung narkoba.
Lantas sebenarnya apa dampak sabu pada organ tubuh manusia?
Saya akan mencoba mengetik ulang artikel di atas dengan kalimat berbeda. Berikut adalah hasilnya:
Apa Saja Dampak Sabu-sabu bagi Otak, Jantung, dan Ginjal?
Sabu-sabu atau metamfetamin adalah salah satu jenis narkoba yang sangat merugikan kesehatan tubuh.
Baca Juga: Di Balik Sengketa Irian Barat, Inilah Peristiwa Pembentukan Komisi Indonesia-Belanda pda 11 Juni
Sabu-sabu dapat memberikan perasaan senang, segar, dan berenergi bagi penggunanya, tetapi juga menimbulkan efek negatif yang merusak berbagai organ tubuh, terutama otak, jantung, dan ginjal.
Dampak Sabu-sabu bagi Otak
Sabu-sabu memiliki pengaruh besar pada neurotransmiter di otak, seperti dopamin dan serotonin.
Neurotransmiter adalah zat kimia yang berperan sebagai pengantar sinyal antara sel saraf.
Dopamin dan serotonin berkaitan dengan perasaan bahagia, motivasi, dan fungsi gerak tubuh.
Sabu-sabu dapat meningkatkan pelepasan dopamin dan serotonin secara berlebihan, sehingga menguras suplai otak dan menyebabkan kerusakan sel saraf.
Kerusakan ini dapat menyebabkan gangguan kognitif, seperti penurunan daya ingat, kemampuan belajar, dan konsentrasi.
Selain itu, sabu-sabu juga dapat meningkatkan risiko penyakit Parkinson, yaitu gangguan saraf yang menyebabkan tremor, kekakuan otot, dan kesulitan bergerak.
Penyakit Parkinson terjadi akibat kerusakan sel saraf yang memproduksi dopamin.
Pengguna sabu-sabu juga dapat mengalami psikosis, yaitu gangguan mental yang ditandai dengan halusinasi, paranoia, delusi, dan perilaku tidak normal.
Psikosis dapat terjadi karena sabu-sabu mengganggu keseimbangan kimia di otak.
Baca Juga: Sudah Ada Sejak 13 SM, Ini Peristiwa Sejarah Istanbul Menyimpan Peradaban Dunia
Gejala psikosis dapat hilang dalam beberapa bulan setelah berhenti menggunakan sabu-sabu, tetapi juga dapat bertahan dalam jangka panjang.
Dampak Sabu-sabu bagi Jantung
Sabu-sabu merupakan stimulan yang dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.
Efek ini dapat menyebabkan stres pada jantung dan pembuluh darah, serta meningkatkan risiko gangguan kardiovaskuler, seperti stroke dan serangan jantung.
Stroke terjadi akibat terganggunya aliran darah ke otak, baik karena penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah.
Serangan jantung terjadi akibat terganggunya aliran darah ke jantung, biasanya karena penyumbatan oleh plak lemak.
Sabu-sabu juga dapat menyebabkan aritmia, yaitu detak jantung yang tidak teratur.
Aritmia dapat mengganggu pompaan darah dari jantung ke seluruh tubuh.
Jika tidak ditangani dengan segera, aritmia dapat menyebabkan gagal jantung atau kematian mendadak.
Dampaknya pada Ginjal
Dehidrasi. Pengguna sabu-sabu cenderung tidak minum cukup air karena merasa tidak haus atau lupa.
Baca Juga: Persahabatan Indonesia-Mesir, Hubungan Spesial yang Berawal dari Peristiwa 10 Juni 1947
Dehidrasi dapat menyebabkan penumpukan racun di ginjal dan mengganggu fungsi filtrasi ginjal.Rhabdomyolisis.
Ini adalah kondisi di mana jaringan otot rusak secara cepat dan melepaskan zat-zat beracun ke dalam aliran darah.
Rhabdomyolisis dapat terjadi karena pengguna sabu-sabu melakukan aktivitas fisik berlebihan tanpa istirahat atau hidrasi yang cukup.
Zat-zat beracun dari otot yang rusak dapat merusak ginjal dan menyebabkan gagal ginjal.Hipertensi.
Pengguna sabu-sabu memiliki tekanan darah yang tinggi akibat efek stimulan sabu-sabu.
Hipertensi dapat merusak pembuluh darah di ginjal dan mengurangi aliran darah ke ginjal. Hal ini dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal dan gagal ginjal.
Kerusakan ginjal akibat sabu-sabu dapat bersifat permanen dan tidak dapat pulih.
Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, tubuh tidak dapat mengeluarkan racun dan cairan secara efektif.
Hal ini dapat menyebabkan komplikasi yang serius, seperti keracunan darah, edema, asidosis, anemia, dan osteoporosis.