Tidak mudah terprovokasi oleh propaganda atau fitnah dari pihak-pihak yang ingin menggagalkan proses perdamaian.
2. Konteks sosial: JK dipengaruhi oleh nilai-nilai kebudayaan Bugis dalam kehidupannya. Salah satu nilai Bugis yang melekat pada diri JK adalah siri' na pesse', yaitu rasa malu jika tidak melakukan sesuatu yang baik atau bermanfaat bagi orang lain.
Nilai ini mendorong JK untuk selalu berbuat baik dan membantu orang-orang yang membutuhkan, termasuk dalam hal diplomasi perdamaian.
JK juga menghormati adat istiadat dan budaya setempat dalam berinteraksi dengan masyarakat di daerah konflik.
3. Kognisi: JK memiliki prinsip-prinsip pribadi yang kuat dalam menjalankan diplomasi perdamaian. Salah satu prinsipnya adalah win-win solution, yaitu mencari solusi yang menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat dalam konflik.
Prinsip lainnya adalah dignity for all, yaitu menjaga martabat dan harga diri semua pihak yang terlibat dalam konflik.
JK juga dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan yang ia peroleh dari organisasi-organisasi yang ia ikuti, seperti Partai Golkar, Palang Merah Indonesia, dan Forum Demokrasi Asia.
4. Motif: JK memiliki motif yang jelas dalam menjalankan diplomasi perdamaian, yaitu untuk kepentingan nasional guna mewujudkan perdamaian.
JK tidak memiliki motif pribadi atau kelompok yang bertentangan dengan kepentingan nasional.
JK juga tidak mencari popularitas atau keuntungan politik dari diplomasi perdamaian yang ia lakukan. JK hanya ingin melihat Indonesia menjadi negara yang damai, sejahtera, dan berdaulat.
Disimpulkan bahwa JK mampu menyelesaikan konflik-konflik kemanusiaan dengan cara yang damai, adil, dan bermartabat.
JK juga mampu menginspirasi banyak orang untuk ikut berkontribusi dalam diplomasi perdamaian Indonesia.
JK adalah simbol dan kebanggaan Indonesia dalam diplomasi perdamaian dunia.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR