Intisari-online.com - Eks Wapres Jusuf Kalla belakangan bongkar jumlah utang Indonesia yang mencapai Rp8.000 triliun belakangan ini.
Namun, pemerintah Presiden Jokowi membantah pernyataan yang dilayangkan Jusuf Kalla tersebut.
Meski demikian pemerintah Indonesia mengakui bahwa utang pemerintah Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Sementara itu, Jusuf Kalla mengatakan rincian utang pemerintah Indonesia mencapai Rp7.850 triliun.
Kemudian akan mengalami kenaikan mencapai Rp8.000 triliun dalam waktu dekat.
Jusuf Kalla sendiri bukanlan orang baru dalam pemerintahan di Indonesia, ia telah banyak bergabung dalam pemerintahan Indonesia sejak era Presiden SBY.
Bahkan ia disebut sebagai sosok yang punya pengaruh dalam diplomasi perdamaian Indonesia.
Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai macam konflik kemanusiaan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Konflik-konflik tersebut menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, seperti korban jiwa, pengungsi, kerusakan lingkungan, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Untuk menyelesaikan konflik-konflik tersebut, Indonesia membutuhkan diplomasi perdamaian yang efektif dan berkelanjutan.
Jusuf Kalla (JK) adalah seorang wirausahawan dan politisi yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia selama dua periode masa jabatan secara tidak berturut-turut (2004-2009 dan 2014-2019).
Kemudian JK juga merupakan Ketua Palang Merah Indonesia sejak 2009 hingga sekarang.
JK dikenal sebagai seorang negosiator ulung, diplomat pejuang, dan pecinta perdamaian.
Ia telah berhasil menyelesaikan beberapa konflik besar di dalam negeri, seperti Aceh, Poso, dan Ambon.
Ia juga terlibat dalam upaya perdamaian di luar negeri, seperti Timor Leste dan Myanmar. JK mendapat penghargaan “Anugerah untuk Keunggulan Dalam Diplomasi” dari Kementerian Luar Negeri dan Yayasan Sekar Manggis pada tahun 2020.
Bagaimana JK bisa menjadi sosok yang berpengaruh dalam diplomasi perdamaian Indonesia?
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian dan gaya diplomasi JK?
Menurut perspektif idiosinkratik, ada empat elemen personalitas yang mempengaruhi perilaku politik seseorang, yaitu temperamen, konteks sosial, kognisi, dan motif.
Temperamen adalah tingkat sensitivitas seseorang dalam merespon isu-isu kemanusiaan. Konteks sosial adalah nilai-nilai kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan seseorang.
Kognisi adalah prinsip-prinsip pribadi dan pengaruh dari organisasi yang diikuti seseorang. Motif adalah tujuan atau kepentingan yang mendorong seseorang untuk bertindak.
Berdasarkan empat elemen personalitas tersebut, berikut adalah analisis mengenai kepribadian dan gaya diplomasi JK:
1.Temperamen: JK memiliki temperamen yang tinggi dalam merespon isu-isu kemanusiaan. Ia selalu berempati terhadap penderitaan orang-orang yang terkena dampak konflik.
Ia juga tidak segan untuk turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi nyata dan berdialog dengan para pihak yang bertikai.
Tidak mudah terprovokasi oleh propaganda atau fitnah dari pihak-pihak yang ingin menggagalkan proses perdamaian.
2. Konteks sosial: JK dipengaruhi oleh nilai-nilai kebudayaan Bugis dalam kehidupannya. Salah satu nilai Bugis yang melekat pada diri JK adalah siri' na pesse', yaitu rasa malu jika tidak melakukan sesuatu yang baik atau bermanfaat bagi orang lain.
Nilai ini mendorong JK untuk selalu berbuat baik dan membantu orang-orang yang membutuhkan, termasuk dalam hal diplomasi perdamaian.
JK juga menghormati adat istiadat dan budaya setempat dalam berinteraksi dengan masyarakat di daerah konflik.
3. Kognisi: JK memiliki prinsip-prinsip pribadi yang kuat dalam menjalankan diplomasi perdamaian. Salah satu prinsipnya adalah win-win solution, yaitu mencari solusi yang menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat dalam konflik.
Prinsip lainnya adalah dignity for all, yaitu menjaga martabat dan harga diri semua pihak yang terlibat dalam konflik.
JK juga dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan yang ia peroleh dari organisasi-organisasi yang ia ikuti, seperti Partai Golkar, Palang Merah Indonesia, dan Forum Demokrasi Asia.
4. Motif: JK memiliki motif yang jelas dalam menjalankan diplomasi perdamaian, yaitu untuk kepentingan nasional guna mewujudkan perdamaian.
JK tidak memiliki motif pribadi atau kelompok yang bertentangan dengan kepentingan nasional.
JK juga tidak mencari popularitas atau keuntungan politik dari diplomasi perdamaian yang ia lakukan. JK hanya ingin melihat Indonesia menjadi negara yang damai, sejahtera, dan berdaulat.
Disimpulkan bahwa JK mampu menyelesaikan konflik-konflik kemanusiaan dengan cara yang damai, adil, dan bermartabat.
JK juga mampu menginspirasi banyak orang untuk ikut berkontribusi dalam diplomasi perdamaian Indonesia.
JK adalah simbol dan kebanggaan Indonesia dalam diplomasi perdamaian dunia.