Lalu menjadi penasihat dan pembantu ayahnya dalam mengurus pemerintahan. Ia sangat loyal dan setia kepada ayahnya.
Baca Juga: Dapat Angin Segar Usai Wafatnya Sultan Agung, VOC Obok-obok Mataram Islam Hingga Pecah Berantakan
Ketika ayahnya wafat pada tahun 1601, Jaka Umbara mewarisi tahta kerajaan dengan gelar Pangeran Purbaya.
Ia menjadi raja Mataram yang kedua setelah ayahnya. Ia meneruskan cita-cita ayahnya untuk memperluas wilayah kekuasaan Mataram dan melindungi rakyatnya dari gangguan musuh.
Pangeran Purbaya menghadapi berbagai tantangan dan ancaman selama masa pemerintahannya. Salah satu ancaman terbesar adalah Belanda, yang mulai masuk ke Nusantara pada akhir abad ke-16.
Belanda memiliki tujuan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah dan sumber daya alam lainnya di Nusantara. Belanda juga ingin menjadikan Nusantara sebagai koloni mereka.
Pada tahun 1619, Belanda mendirikan benteng di Batavia (sekarang Jakarta) sebagai pusat kekuasaan mereka di Nusantara.
Benteng ini menjadi ancaman bagi Mataram dan kerajaan-kerajaan lain di Pulau Jawa.
Belanda mulai melakukan ekspansi dan intervensi terhadap kerajaan-kerajaan tersebut.
Pangeran Purbaya tidak tinggal diam melihat aksi Belanda. Ia memimpin pasukan Mataram untuk menyerang benteng Batavia pada tahun 1628-1629.
Serangan ini dikenal sebagai Perang Tegalwangi atau Perang Batavia Pertama. Serangan ini dilakukan bersama-sama dengan pasukan Banten, Cirebon, Demak, dan Surabaya.
Serangan ini berhasil mengepung benteng Batavia selama beberapa bulan.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR