Intisari-online.com - Kerajaan Mataram Islam adalah salah satu kerajaan besar yang pernah berdiri di tanah Jawa.
Kerajaan ini didirikan oleh Panembahan Senopati pada akhir abad ke-16, dan mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sultan Agung pada awal abad ke-17.
Namun, setelah kematian Sultan Agung, kerajaan ini mulai mengalami kemunduran akibat konflik internal dan serangan dari luar.
Salah satu raja Mataram Islam yang paling kontroversial adalah Amangkurat II, yang memerintah dari tahun 1677 hingga 1703.
Ia merupakan putra dari Amangkurat I, raja Mataram Islam yang gagal menghadapi pemberontakan Trunajaya, seorang penguasa Madura yang berhasil merebut ibu kota Mataram di Plered pada tahun 1677.
Amangkurat I meninggal dunia dalam pelarian, dan mewariskan takhta kepada putranya, Raden Mas Rahmat, yang kemudian dikenal sebagai Amangkurat II.
Amangkurat II naik takhta dengan bantuan dari VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), perusahaan dagang Belanda yang memiliki kepentingan di Nusantara.
Dengan bantuan VOC, Amangkurat II berhasil mengusir Trunajaya dari Plered dan mengembalikan kekuasaannya atas Mataram.
Namun, ia juga harus membayar mahal dengan menyerahkan sebagian wilayah Mataram kepada VOC sebagai ganti rugi perang.
Selain itu, ia juga harus tunduk pada kebijakan VOC yang sering merugikan kepentingan Mataram.
Amangkurat II dikenal sebagai raja yang terobsesi dengan kekuasaan dan kekayaan.
Baca Juga: Saat Kerajaan Giri Kedaton Takluk Di Tangan Maram Islam Yang Ekspansif
Ia suka memakai pakaian eropa sebagai pakaian dinas, sehingga mendapat julukan Sunan Amral (admiral).
Ia juga sering berkhianat dan membunuh para pejabat dan kerabatnya yang dianggap sebagai ancaman atau saingan.
Akibatnya, ia dibenci oleh rakyatnya dan banyak menghadapi pemberontakan selama masa pemerintahannya.
Salah satu pemberontakan terbesar yang dihadapi oleh Amangkurat II adalah pemberontakan Untung Surapati.
Ia adalah seorang budak asal Bali yang berhasil melarikan diri dari VOC dan menjadi pemimpin perlawanan terhadap Belanda di Jawa Timur.
Untung Surapati berhasil mendirikan kerajaan sendiri di Pasuruan, dan bersekutu dengan Trunajaya dan Pangeran Puger untuk melawan Amangkurat II dan VOC.
Pemberontakan ini berlangsung selama lebih dari dua puluh tahun, dan menyebabkan banyak korban jiwa dan kerusakan.
Amangkurat II meninggal dunia pada tahun 1703, dan digantikan oleh putranya yang bernama Amangkurat III.
Ia dimakamkan di Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
Meskipun ia berhasil mempertahankan takhta Mataram dari para pemberontak, ia juga meninggalkan warisan yang buruk bagi kerajaannya.
Baca Juga: Mengungkap Akhir Hayat Amangkurat III, Raja Mataram Islam yang Wafat di Pelukan VOC
Ia dikenang sebagai raja yang haus darah dan kekuasaan, yang menjual tanah airnya kepada VOC demi kepentingan pribadinya.