Intisari-online.com - Sri Lanka adalah sebuah negara yang berada di Samudra Hindia, di selatan India.
Negara ini memiliki sejarah yang kaya dan panjang, termasuk kaitannya dengan Nusantara.
Salah satu kaitan yang menarik adalah cerita para raja Mataram Islam yang dibuang ke Sri Lanka oleh VOC.
Mataram Islam adalah salah satu kerajaan besar berlandaskan Islam di Pulau Jawa yang didirikan oleh Panembahan Senapati pada tahun 1586.
Kerajaan ini mencapai masa keemasannya di bawah kepemimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma, yang berhasil menguasai hampir seluruh Jawa dan menentang VOC.
Namun, setelah Sultan Agung wafat pada tahun 1645, kerajaan ini mengalami kemerosotan dan krisis internal.
Salah satu krisis yang terjadi adalah Perang Suksesi Jawa I, yang dipicu oleh perseteruan antara Amangkurat III dan Pangeran Puger, putra dan adik dari Amangkurat II.
Amangkurat III adalah raja Mataram Islam yang memerintah sejak tahun 1703 hingga 1705.
Ia merupakan putra satu-satunya dari Amangkurat II, yang tutup usia pada tahun 1703.
Namun, pengangkatannya sebagai raja tidak disambut baik oleh sebagian besar rakyat dan pejabat kerajaan, yang lebih mendukung Pangeran Puger, adik dari Amangkurat II.
Pangeran Puger kemudian memberontak dan mendeklarasikan dirinya sebagai raja dengan gelar Pakubuwono I.
Ia juga mendapat dukungan dari VOC, yang ingin menguasai Mataram.
Perang antara Amangkurat III dan Pakubuwono I pun pecah, dan berlangsung selama dua tahun.
Pada tahun 1705, Amangkurat III kalah oleh Pakubuwono I dan VOC. Ia melarikan diri ke daerah Blambangan, Jawa Timur, bersama beberapa pengikutnya.
Namun, ia tidak bisa bertahan lama di sana. Ia akhirnya ditangkap oleh VOC dan dibuang ke Sri Lanka pada tahun 1708.
Di Sri Lanka, Amangkurat III ditahan di Benteng Galle, sebuah benteng milik VOC yang terletak di pantai selatan pulau tersebut.
Ia tidak sendirian, melainkan bersama seluruh pengiringnya, termasuk istri-istri dan anak-anaknya. Mereka hidup dalam kondisi yang sulit dan menderita.
Amangkurat III tidak pernah bisa kembali ke tanah airnya.
Ia wafat di Sri Lanka pada tahun 1711, dalam usia 35 tahun.
Jenazahnya dimakamkan di Benteng Galle, bersama beberapa pengiringnya yang juga wafat di sana.
Amangkurat III bukanlah satu-satunya raja Mataram Islam yang dibuang ke Sri Lanka.
Setelah Perang Suksesi Jawa II, yang terjadi antara Pakubuwono II dan Pangeran Mangkubumi (Hamengkubuwono I), ada beberapa pangeran Mataram yang juga dibuang ke Sri Lanka oleh VOC.
Baca Juga: Mataram Islam Paling Bontot, Inilah 10 Kerajaan Islam Tertua yang Ada di Indonesia
Salah satunya adalah Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa, putra dari Amangkurat IV dan cucu dari Amangkurat III.
Ia adalah salah satu pemberontak yang melawan VOC dan Pakubuwono II. Ia ditangkap oleh VOC pada tahun 1743 dan dibuang ke Sri Lanka pada tahun 1746.
Di Sri Lanka, Raden Mas Said juga ditahan di Benteng Galle. Ia hidup lebih lama daripada kakeknya, yaitu hingga tahun 1768.
Jenazahnya juga dimakamkan di Benteng Galle.
Selain Amangkurat III dan Raden Mas Said, ada beberapa pangeran Mataram lain yang juga dibuang ke Sri Lanka, seperti Pangeran Blitar, Pangeran Purbaya, dan Pangeran Wirakusuma.
Mereka semua meninggalkan jejak sejarah di Sri Lanka, yang menjadi saksi bisu dari nasib tragis para raja Mataram Islam yang terkucilkan.