Kesaktian Sosok Pangeran Purbaya, Putra Mahkota Sakti Mataram Islam Penantang Belanda

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Sosok Pangeran Purbayan dari Mataram Islam.
Ilustrasi - Sosok Pangeran Purbayan dari Mataram Islam.

Intisari-onlinel.com - Pangeran Purbaya adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Mataram.

Ia adalah putra raja Mataram Islam pertama, Panembahan Senopati.

Dia dipercaya sebagai sosok yang sakti mandraguna, memiliki kesaktian yang luar biasa.

Pernah terlibat dalam berbagai pertempuran melawan Belanda dan musuh-musuh Mataram lainnya.

Ia juga berjasa dalam membantu Sultan Agung, raja Mataram Islam terbesar, membangun kerajaan yang besar dan kuat.

Sultan Agung sendiri merupakan keponakan Pangeran Purbaya.

Pangeran Purbaya lahir dengan nama asli Jaka Umbara.

Dia adalah anak sulung dari Panembahan Senopati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati.

Ia memiliki dua adik laki-laki, yaitu Pangeran Alit dan Pangeran Martapura. Ia juga memiliki seorang adik perempuan, yaitu Ratu Mas Ayu.

Sejak kecil, Jaka Umbara sudah menunjukkan bakat dan kecerdasan yang istimewa. Ia belajar ilmu agama, sastra, seni, dan militer dari para guru terbaik di keraton.

Ia juga belajar ilmu kesaktian dari ayahnya, yang dikenal sebagai seorang raja sakti.

Jaka Umbara sangat dekat dengan ayahnya. Ia sering mendampingi ayahnya dalam berbagai perjalanan dan pertempuran.

Lalu menjadi penasihat dan pembantu ayahnya dalam mengurus pemerintahan. Ia sangat loyal dan setia kepada ayahnya.

Baca Juga: Dapat Angin Segar Usai Wafatnya Sultan Agung, VOC Obok-obok Mataram Islam Hingga Pecah Berantakan

Ketika ayahnya wafat pada tahun 1601, Jaka Umbara mewarisi tahta kerajaan dengan gelar Pangeran Purbaya.

Ia menjadi raja Mataram yang kedua setelah ayahnya. Ia meneruskan cita-cita ayahnya untuk memperluas wilayah kekuasaan Mataram dan melindungi rakyatnya dari gangguan musuh.

Pangeran Purbaya menghadapi berbagai tantangan dan ancaman selama masa pemerintahannya. Salah satu ancaman terbesar adalah Belanda, yang mulai masuk ke Nusantara pada akhir abad ke-16.

Belanda memiliki tujuan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah dan sumber daya alam lainnya di Nusantara. Belanda juga ingin menjadikan Nusantara sebagai koloni mereka.

Pada tahun 1619, Belanda mendirikan benteng di Batavia (sekarang Jakarta) sebagai pusat kekuasaan mereka di Nusantara.

Benteng ini menjadi ancaman bagi Mataram dan kerajaan-kerajaan lain di Pulau Jawa.

Belanda mulai melakukan ekspansi dan intervensi terhadap kerajaan-kerajaan tersebut.

Pangeran Purbaya tidak tinggal diam melihat aksi Belanda. Ia memimpin pasukan Mataram untuk menyerang benteng Batavia pada tahun 1628-1629.

Serangan ini dikenal sebagai Perang Tegalwangi atau Perang Batavia Pertama. Serangan ini dilakukan bersama-sama dengan pasukan Banten, Cirebon, Demak, dan Surabaya.

Serangan ini berhasil mengepung benteng Batavia selama beberapa bulan.

Namun, karena kurangnya persediaan makanan dan air, serta adanya wabah penyakit yang menyerang pasukan Mataram, serangan ini akhirnya gagal.

Baca Juga: Ironi Kedudukan Giri Kedaton Di Mata Mataram Islam, Awalnya Dimintai Restu Ujungnya Ditaklukkan

Pasukan Mataram harus mundur dengan korban jiwa yang banyak.

Meskipun gagal, serangan ini menunjukkan keberanian dan kesaktian Pangeran Purbaya.

Ia berhasil menggemparkan Belanda dengan kekuatan pasukan dan strateginya yang cerdik.

Selain itu, juga berhasil menyelamatkan banyak nyawa pasukannya dengan menggunakan ilmu kesaktianya.

Selain melawan Belanda, Pangeran Purbaya juga menghadapi ancaman dari dalam negeri.

Beberapa daerah di bawah kekuasaan Mataram mulai memberontak karena tidak puas dengan pemerintahan Pangeran Purbaya.

Salah satu pemberontakan terbesar adalah pemberontakan Blitar, yang dipimpin oleh Raden Mas Rangsang.

Pemberontakan ini terjadi pada tahun 1625. Raden Mas Rangsang adalah putra dari Adipati Wirasaba, salah satu bawahan Pangeran Purbaya.

Ia merasa tidak dihargai oleh Pangeran Purbaya dan ingin merebut tahta Mataram. Ia juga memiliki ilmu kesaktian yang tinggi.

Pangeran Purbaya menumpas pemberontakan ini dengan tegas. Ia memimpin pasukan Mataram untuk mengepung Blitar dan mengalahkan Raden Mas Rangsang.

Ia juga berhasil menangkap dan membunuh Raden Mas Rangsang dengan menggunakan ilmu kesaktianya.

Baca Juga: Kisah Trunojoyo, Pahlawan Madura yang Gagal Hancurkan Mataram Islam

Pangeran Purbaya juga menghadapi tantangan dari adiknya sendiri, yaitu Pangeran Martapura. Pangeran Martapura adalah adik bungsu Pangeran Purbaya yang memiliki ambisi untuk menjadi raja Mataram.

Ia merasa tidak puas dengan posisinya sebagai adipati di daerah Martapura (sekarang Magetan).

Pada tahun 1630, Pangeran Martapura melakukan kudeta terhadap Pangeran Purbaya. Ia bersekutu dengan beberapa adipati lain yang tidak setia kepada Pangeran Purbaya.

Ia juga mendapat dukungan dari Belanda, yang ingin memecah belah Mataram.

Kudeta ini berhasil mengejutkan Pangeran Purbaya. Ia terpaksa melarikan diri dari keraton dan bersembunyi di daerah Tegal.

Ia kehilangan tahta dan kekuasaannya sebagai raja Mataram. Ia juga kehilangan sebagian besar pasukan dan bawahannya yang setia kepadanya.

Namun, Pangeran Purbaya tidak menyerah begitu saja. Ia masih memiliki harapan untuk merebut kembali tahta Mataram dari tangan adiknya yang durhaka.

Ia juga masih memiliki seorang putra yang dapat meneruskan garis keturunannya, yaitu Raden Mas Jolang.

Raden Mas Jolang adalah putra tunggal Pangeran Purbaya dari pernikahannya dengan Ratu Mas Ayu, adik perempuannya sendiri.

Raden Mas Jolang lahir pada tahun 1619 di keraton Mataram. Ia memiliki bakat dan kecerdasan yang menurun dari ayahnya.

Pangeran Purbaya membesarkan dan mendidik Raden Mas Jolang dengan baik. Ia mengajarkan ilmu agama, sastra, seni, militer, dan kesaktian kepada putranya.

Ia juga mengajarkan nilai-nilai kejujuran, keadilan, kesetiaan, dan keberanian kepada putranya.

Pangeran Purbaya berharap Raden Mas Jolang dapat menjadi raja Mataram yang baik dan bijaksana.

Berharap Raden Mas Jolang dapat mengembalikan kejayaan Mataram yang hilang akibat kudeta adiknya.

Pada tahun 1632, Pangeran Purbaya mendapat kabar bahwa Raden Mas Jolang telah berhasil melarikan diri dari pengejaran pasukan Martapura.

Raden Mas Jolang berhasil mencapai daerah Mataram Lama (sekarang Kotagede), tempat asal leluhurnya.

Di sana, Raden Mas Jolang bertemu dengan Ki Ageng Pemanahan, seorang tokoh penting dalam sejarah Mataram.

Ki Ageng Pemanahan adalah pendiri Mataram Lama dan kakek dari Panembahan Senopati. Ia juga dikenal sebagai seorang yang sakti mandraguna.

Ki Ageng Pemanahan menyambut Raden Mas Jolang dengan hangat. Ia mengakui Raden Mas Jolang sebagai cucu dari Panembahan Senopati dan pewaris sah tahta Mataram.

Ia juga memberikan dukungan dan bantuan kepada Raden Mas Jolang untuk melawan Martapura.

Ki Ageng Pemanahan memberikan gelar Sultan Agung kepada Raden Mas Jolang sebagai tanda penghargaannya.

Sultan Agung berarti raja yang agung atau besar. Dengan gelar ini, Ki Ageng Pemanahan berharap Sultan Agung dapat menjadi raja yang agung dan besar bagi Mataram.

Artikel Terkait