Pada tahun 1940, Soeharto mendaftar ke sekolah militer di Gombong, Jawa Tengah, dan lulus sebagai siswa terbaik dengan pangkat kopral.
Dia kemudian bergabung dengan pasukan kolonial Belanda, KNIL, dan bertugas di berbagai daerah di Jawa dan Sumatera.
Ketika Jepang menguasai Indonesia pada tahun 1942, Soeharto beralih ke pasukan Jepang, PETA (Pembela Tanah Air), dan menjadi komandan batalyon di Banyumas.
Dia terlibat dalam beberapa pertempuran melawan gerilyawan Indonesia yang menentang Jepang, seperti di Blora dan Kediri.
Setelah Jepang menyerah pada Sekutu pada tahun 1945, Soeharto bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan berjuang melawan Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.
Dia naik pangkat dengan cepat dan menjadi komandan brigade di Surakarta pada tahun 1948.
Pada tahun 1949, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah, putri dari seorang bangsawan Solo yang bernama KRMT Soemoharyomo.
Mereka dikaruniai enam anak, yaitu Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut), Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi (Titiek), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek).
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1950, Soeharto melanjutkan karier militernya dan menjadi komandan resimen di Yogyakarta pada tahun 1954.
Dia kemudian dipindahkan ke Jakarta pada tahun 1957 dan menjadi komandan batalyon infanteri di Cimahi pada tahun 1959.
Pada tahun 1960, dia menjadi komandan Korem di Diponegoro dan naik pangkat menjadi kolonel pada tahun 1962.
Baca Juga: Kesuksesan Sosok Megawati Soekarnoputri, Pemimpin PDI-P yang Menagkan Pemilu 1999 Zaman Orde Baru
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR