Ki Ageng Pamanahan pernah berjanji kepada Ki Ageng Giring, kelak akan ada keturunannya yang jadi raja Mataram Islam.
Intisari-Online.com -Suatu hari, Ki Ageng Pamanahan berkunjung ke rumah sahabatnya, Ki Ageng Giring.
Ketika Pamanahan tiba di rumah Ki Ageng Giring, sahabatnya itu ternyata sedang tidak berada di rumah.
Ki Ageng Pamanahan yang kehausan melihat ada degan, kelapa muda, di rumah Ki Ageng Giring.
Tanpa pikir panjang, Ki Ageng Pamanahan menenggak degan itu sampai habis.
Ternyata, itu bukan degan sembarangan.
Itu adalah degan yang menentukan siapa kelak yang berhak menjadi raja Jawa, raja Mataram Islam.
Soal degan sakti itu, suatu ketika Ki Ageng Giring sedang menyadap nira kelapa di hutan.
Ketika sedang berada di atas pohon, tiba-tiba dia mendengar bisikan.
Bisikan itu kira-kira berbunyi begini:
"Ki Ageng Giring, ketahuilah, siapa yang minum degan itu habis seketika, kelak seanak turunnya akan menjadi raja aging di tanah Jawa."
Tanpa pikir panjang, Ki Ageng Giring turun dari pohon yang dia panjat dan segera bergegas ke pohon yang dimaksud bisikan tersebut.
Dipetiklah kelapa muda itu.
Karena Ki Ageng Giring belum habis, maka dia menyimpan degan itu di rumahnya dan akan meminumnya siang hari.
Singkat cerita, sekembalinya dia dari hutan, dia tahu bahwa degan yang tadi dia petik ternyata sudah diminum oleh sahabatnya, Ki Ageng Pamanahan.
Ki Ageng Giring pun kecewa bukan kepalang.
Dia bilang kepada sahabatnya itu, siapa yang meminum air kelapa muda itu hingga habis dalam sekali tenggak, kelak anak keturunannya akan menjadi raja.
Karena tidak mungkin meminta kembali air degan itu, Ki Ageng Giring meminta kepada Ki Ageng Pemanahan.
Permintaan itu adalah bagaimana jika kelak yang jadi raja Jawa bergiliran antara anak keturunannya dan anak keturunan sahabatnya itu.
Permintaan itu awalnya ditolak, tapi akhirnya Ki Ageng Pamanahan mengabulkan permintaan sahabatnya tersebut.
Bukan selang-seling, dia bilang, keturunannya nanti akan menjadi raja Mataram Islam yang ketujuh.
Dan begitulah, raja ketujuh Mataram Islam akhirnya jatuh ke keturunan Ki Ageng Giring pada diri Pangeran Puger alias Pakubuwono I.